"Ck, ngapain sih."
Pagi-pagi, mood Sadewa sudah jelek karena kedatangan Jevian dan Julian. Dua orang itu dengan kurang ajarnya menekan bel tanpa henti dan bikin Sadewa terpaksa beranjak dari kasur. Mana harus turun tangga pula.
Seluruh pelayan yang bekerja di penthouse ini memang diliburkan setiap hari minggu, karena itu biasanya Sadewa pulang ke rumah orang tuanya di hari minggu karena gabut.
"Berisik, bangsat!" Umpat Sadewa sesaat setelah membukakan pintu, sementara yang diumpati cuma cengengesan. Keduanya berjalan masuk bahkan sebelum dipersilahkan masuk oleh si tuan rumah.
Kedatangan Jevian dan Julian di hari minggu yang cerah ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menagih oleh-oleh karena Sadewa baru kembali dari luar negeri.
Sudah jadi tradisi mereka berempat untuk selalu membelikan oleh-oleh kalau mereka baru kembali dari luar negeri. Kalau dari luar kota paling cuma dibeliin gantungan kunci.
"Widihhh." seru Jevian penuh semangat setelah Sadewa memberikan mereka dua tas besar berisi oleh-oleh.
Sejujurnya Sadewa tidak tau apa-apa saja isi tas itu. Dia hanya menyuruh asistennya untuk membelikan oleh-oleh untuk tiga orang dengan jumlah banyak. Pokoknya harus banyak dan bervariasi.
"Lo sejak kapan suka mewarnai?" Celetuk Julian saat melihat buku mewarnai, krayon, pensil warna, spidol, dan alat mewarnai lainnya di atas meja.
Jevian tertawa menanggapi itu. "Dih, kayak bocil aja."
Sadewa yang baru menuruni tangga sambil memaki baju kaosnya cuma mengedikkan bahunya acuh. Sebelumnya dia shirtless, omong-omong. Sadewa memang punya kebiasaan tidak gak pake baju.
"Gak tau, udah ada disana dari gue balik."
Semenjak Sera tau kalau Sadewa lebih suka nonton tv di bawah daripada di atas, dia langsung memindahkan semua perkakasnya ke lantai bawah.
Padahal Sadewa sudah pulang tapi anak itu masih melanjutkan kegiatan mewarnainya.
"Punya anak pembantunya kali." Sahut Jevian.
Julian mengangguk-angguk. "Iya kali ya."
Kemudian Jevian berseru heran setelah menyadari sesuatu tergeletak di samping meja tv. "Lah, itu sendal bebek di depan punya siapa?" Sadewa jelas sekali bukan pemiliknya.
"Punya anak pembantu juga kali." Balas Julian.
"Mirip sama punya Sera, deh." Gumam Jevian. Dia hafal betul kalau Sera selalu pakai sendal motif bebek di rumahnya. Walaupun udah rusak atau jelek, pasti nanti belinya motif itu lagi.
Sadewa mendelik. "Kan yang punya sendal motif itu bukan cuma Sera doang."
"Iya juga sih..."
"Kaaakkk,"
Ketiganya menoleh ke arah tangga, seorang laki-laki menuruni tangga sambil mengucek-ucek matanya. Rambutnya acak-acakan, mukanya khas sekali orang bangun tidur, dan jalan sempoyongan.
Yang jadi fokus mereka adalah baju yang dipakai anak itu— Sweater berwarna hijau dan celana training hitam. Jevian yakin sekali kalau itu baju Sadewa karena Sadewa sering memakainya saat mereka lagi kumpul santai.
Sera mengenakan baju milik Sadewa.
Rasa kaget mereka bertambah saat melihat Sera berjalan menghampiri mereka kemudian duduk di samping Sadewa dan mendusalkan kepalanya di lengan Sadewa seperti kucing.
Bukan cuma Jevian sama Julian doang yang kaget, Sadewa juga kaget. Ketiganya sama-sama cengo.
"Kok bangun duluan sihhh," Ujar Sera dengan aksen manjanya yang khas. Dia membuka matanya perlahan, lalu tersenyum melihat ekspresi Julian dan Jevian yang kaget karena melihat tingkahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/365081609-288-k175103.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
cliché
Fanfiction[sunsun] tentang sera yang tiba-tiba dilamar sama tetangga yang sekaligus merangkap sebagai teman kecilnya. emang takdir kadang selucu itu. • bxb. • slight heejake & jaywon. • (kinda) slowburn. • dldr.