15

1.7K 174 6
                                    

"Bantalan di siku sama lutut udah?"

Sera mendengus malas. "Udah, kak. Udaahhhh." Jawabnya agak nyolot karena— sumpah! Sudah lebih dari lima kali Sadewa bertnya begitu. Beneran udah capek Sera jawabnya.

"Dah, yuk."

Sadewa lebih dulu turun ke ice rink sambil berselancar mundur. Kedua tangan dimasukkan ke dalam saku jaket, sok keren, sambil memandangi Sera yang melangkah hati-hati memasuki ice rink.

Kedua tangan Sera langsung berpengangan pada pembatas besi setelah kedua kakinya sukses menyentuh balok es itu.

Sadewa tertawa. Dia menghampiri Sera kemudian mengulurkan tangan sebagai tumpuan agar Ser atidak terjatuh.

Jadi agenda weekend kali ini adalah Sera ingin mencoba ice skating karena sejujurnya sudah lama dia ingin mencoba olahraga yang sangat dikuasai oleh Sadewa.

Dulu Sadewa sempat beberapa kali mengukuti lomba ice skating, bahkan beberapa sampai ke ajang internasional. Namun, saat dirinya sudah masuk kuliah, dia memutuskan untuk berhenti dan fokus pada pendidikannya.

Namun, Sadewa masih sering main ke ice rink beberapa kali saat merasa kangen atau jenuh. Dia merasa ice rink adalah rumah keduanya.

Awalnya Sera sangat bersemangat. Serius.

Hingga dia menyadari kalau hanya untuk sekedar berjalan saja SANGAT SUSAH di ice rink ini.

Rasanya Sera mau pulang tapi sayang karena sudah beli tiket mahal buat dua jam. Untungnya tidak banyak yanh ikut main di sesi ini, kalau ditotalin sama mereka berdua hanya ada enam orang.

Jadi setidaknya kalau Sera nyungsep dia tidak begitu malu karena sedikit yang melihat.

"Sadewa... sumpah... ini licin banget..." Ujar Sera bergetar karena panik dan cemas takut jatuh.

"Gak papa, ini gue pegangin." Balas Sadewa. "Pertama coba bentuk kaki lo jadi huruf V, terus jalan di tempat pelan-pelan. Dorongnya jangan ke belakang, tapi ke samping gitu."

Masih berpegangan dengan Sadewa, Sera mencoba apa yang disuruh Sadewa tadi.

"Oke, bentuk huruf V gini, terus jalan di— WOAAHH!!"

Brugh.

Sera jatuh untuk yang pertama kalinya.

Sadewa malah ketawa keras. Kasian, tapi lucu ngeliat ekspresi panik Sera pas jatuh tadi.

"Susahh!!!" Rengek Sera sambil mencoba berdiri namun malah membuatnya jatuh lagi.

Sadewa terkekeh. Dia kembali meraih kedua lengan Sera. "Iya, gak papa. Namanya juga belajar. Kalau mau berdiri dari lutut dulu biar gak susah. Nah, iya gitu. Pinter." Pujinya.

"Sakit?" Tanya Sadewa. Nadanya terdengar cemas.

Sera ngangguk kecil. "Tapi gak papa, buat pengalaman." Saat ingin mencoba jalan di tempat lagi, Sadewa malah menahannya.

"Sakit banget gak? Kalau iya mending udahan aja." Ujar Sadewa cemas.

Sera natap Sadewa aneh. Perasaat tadi ini orang yang paling kenceng ketawanya pas dia jatuh.

"Sakit, but it's fine. Gue gak papa."

Sadewa mengangguk paham. Dia kembali membatu Sera latihan berjalan di tempat hingga kakinya bisa membentuk huruf O. Kalau dilihat-lihat sebenarnya Sera ini cepat mahirnya.

Walaupun masih dipegangin sama Sadewa, tapi dia udah lancar kalau mau berseluncur.

"Kalau gak pegangan sama gue bisa gak? Mau coba?" Tawar Sadewa setelah melihat Sera yang lumayan lancar ini.

clichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang