"Waah, dek Sera gemukan ya? Baju yang diukur bulan kemarin udah ngepress gini."
Mami Jane menghela napas kemudian menepuk keningnya. Setelahnya, dia melirik si bungsu sinis lewat pantulan kaca, sementara yang dilirik malah pura-pura gak tau dan melihat ke segala arah kecuali ke arah mami Jane.
Mami memang sudah memperkirakan bahwa berat badan Sera pasti naik karena dia tau anak itu setiap hari selalu ngemil makanan ringan, rutin makan es krim, dan tidak pernah berolahraga.
Sudah berkali-kali mami Jane memperingatkan untuk jaga makan karena takutnya baju yang sudah dicoba kemarin tidak muat, tapi Sera acuh. Eh ternyata omongan mami Jane beneran kejadian.
"Ini mau diet atau mau dibuka jaitan samping, bu?"
"Diet aja." Balas mami Jane cepat. "Masih dua bulan lagi, jadi Sera masih bisa nurunin berat badan."
Daaan begitulah bagaimana cerita dibalik Sera yang kini terpaksa berolahraga demi bisa menurunkan berat badannya agar baju pernikahannya nanti muat.
"Aaaaa gak suka olahragaaa!!!!"
Di taman yang tenang pada hari minggu yang cerah ini, suara rengekan Sera terdengar. Pagi-pagi sekali Sadewa sudah membangunkannya dan menyeretnya kesini untuk diajak berolahraga bersama. Tentu saja atas suruhan mami Jane.
"Ayooo, semangat dong! Pemanasan dulu yok." Ajak Sadewa.
Sera mengerucutkan bibirnya tidak suka. Walaupun begitu, dia tetap mengikuti instruksi Sadewa untuk melakukan pemanasan.
Setelah melakukan pemanasan ringan, mereka bersiap untuk lari pagi di jalur yang berkelok-kelok di sekitar taman.
Sadewa menghela napas, menoleh kemudian tersenyum kepada Sera. "Cuacanya bagus gini kok malah cemberut sih?"
Sera mencibir, "berisik ah."
Mereka memulai lari dengan tempo sedang, berlari bersebelahan di jalur yang dihiasi dengan pohon-pohon rindang. Selama berlari, Sadewa sempat bertanya mengenai fitting baju kemarin.
"Apa aja kata mami kemarin?" tanya Sadewa memecah keheningan.
Sera berdecak. "Disuruh diet. Terus gue gak dibolehin makan manis atau yang bikin gendut lagi sampe hari H. Cemilan-cemilan sama es krim gue udah diumpetin sama mami."
Sadewa lantas tertawa. "Makanya, udah sering gue bilang kurangin makan manis, tapi masih ngeyel. Enak kan diomelin mami?" Ujarnya dan dibalas decakan oleh Sera
Mereka terus berlari, dan saat Sera mulai terlihat kelelahan, Sadewa memperlambat langkahnya dan memegang bahunya. "Mau istirahat? Kita udah hampir setengah jalan."
Sera mengangguk cepat. "YES, please. Kaki gue udah mau lepas rasanya.
Sadewa tertawa. "Yaudah ayo istirahat bentar."
Setelah beberapa menit beristirahat dan minum air, mereka melanjutkan latihan dengan latihan kekuatan di area terbuka taman. Mereka melakukan push-up, squat, dan plank dengan ritme yang saling berkoordinasi.
Sadewa memerhatikan Sera yang berusaha keras menahan plank. "Dikit lagi, tahan sedikit lagi!" Serunya memberi semangat
Sera mengerang sedikit, tetapi tetap bertahan sampai akhir. "Anjenggg gak suka olahragaaa!!!" Dan umpatannya itu disauti tawa keras oleh Sadewa.
Saat sesi latihan berakhir, mereka duduk bersila di rumput, melakukan stretching bersama. Sadewa membalikkan tubuhnya untuk melihat Sera. "Mulai besok, tiap pagi rutinin jogging 30 menit sehari. Jangan lupa makannya dijaga, nanti gue bilangin mbak Nina buat masakin lo sayur tiap hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
cliché
Fanfiction[sunsun] tentang sera yang tiba-tiba dilamar sama tetangga yang sekaligus merangkap sebagai teman kecilnya. emang takdir kadang selucu itu. • bxb. • slight heejake & jaywon. • (kinda) slowburn. • dldr.