12

1.7K 200 7
                                    

Sesuai permintaan Sera tadi siang, kini dia sedang berada di kediaman Sadewa untuk menginap. Dia tidak perlu repot-repot minta izin karena kedua orang tuanya sedang berada di luar kota dan perkiraan baru sampai rumah tengah malam nanti.

Sekarang Sera lagi duduk di depan tv, fokus menonton drama korea.

Sadewa baru saja selesai mandi. Setelan jas formalnya sudah berganti dengan kaos hitam serta celana training. Rambutnya yang masih lembab dan berantakan dibiarkan saja.

Mata Sadewa sedikit melebar saat melihat Sera duduk di sofa sambil menonton. Bukan, bukan itu yang jadi fokusnya, tapi— apa Sera sedang memakai baju miliknya sekarang?

Menyadari itu membuat Sadewa tersenyum, merasa salah tingkah sendiri, padahal ini bukan pertama kalinya Sera pakai baju miliknya.

Sadewa melangkah mendekat menghampiri Sera.

"Dek,"

"Ha?" Sahut Sera tanpa mengalihkan perhatiannya dari tv.

"Lo pake baju gue?"

"Hah?" Sera tersadar. Dia menunjuk sejenak memperhatikan pakaiannya lalu mengangguk sekilas, "Iya. Kenapa?"

Yang Sera tidak tau, sejak tadi pandangan Sadewa jatuh ke bahu mulusnya yang sedikit terekspos karena baju miliknya yang kebesaran di tubuh Sera.

Padahal cuma bahu, dan sejak dulu Sadewa juga sudah sering melihatnya. Tapi kenapa sekarang Sadewa merasa aneh, ya? Rasanya ilegal kalau dia melihat bahu Sera terang-terangan begini.

"Ngapain pake baju gue?"

Sera yang lagi fokus nonton pun teralihkan. Dia lantas berdecak lalu berdiri dari duduknya. "Yaudah gue lepas nih!" Kedua tangannya memegang ujung baju, hendak mengangkatnya.

"Eh, eh, eh!" Sadewa buru-buru menahannya. "Nanya doang, cantik, sensi banget sih." Ucapnya geregetan sambil nyubit pelan pipi Sera.

Lalu saat pandangannya turun ke bawah, Sadewa memekik kaget.

"Lo gak pake celana??!!!"

Sera melotot. "PAKE!" Dia mengangkat bajunya dan menunjukkan celana hitam super pendek yang dia pakai sekarang. Panjang celana itu tidak mencapai setengah pahanya, bahkan sampai ketutupan baju.

"Pendek banget, heh!" Sentak Sadewa menurunkan baju Sera lagi. "Ganti, ganti, ganti. Apaan pake celana sependek itu?"

Sera merengut. "Ihh kenapa? Gue sehari-hari juga pake ginian kalo di rumah."

Pantas saja Sadewa melihat celana pendek terlipat di lemarinya. Tadinya Sadewa pikir dia pernah membelinya tanpa sadar dan dia sudah berniat membuangnya, tapi ternyata itu punya Sera.

Sadewa memijat pilipisnya pening. "Ganti, dek. Kependekan itu!" Suruhnya lagi.

"Gak mau." Tolak Sera tegas. Dia kembali duduk di sofa dan mengabaikan suruhan Sadewa. "Lagian kenapa sih? Cuma keliatan paha doang."

"Justru karena 'cuma paha doang' itu lo harus ganti." Balas Sadewa.

"Ya emang kenapa? Kan yang liat juga cuma lo." Dan Sera masih keras kepala.

"Ganti, Ais."

"Gak mau!"

Sadewa menghela napas lelah. Sera ini anaknya keras, jadi kalau dikerasin balik dia tidak akan luluh. Melihat tingkah Sera yang mengabaikan ucapannya, membuat Sadewa terpikirkan sebuah ide.

"Emang lo gak takut?"

"Takut ap— aaaa ngapainnn?!" Sera memekik kencang karena Sadewa yang mendorong bahunya hingga dirinya total rebahan di atas sofa dengan Sadewa berada di atasnya.

clichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang