13

3.5K 317 13
                                    

Papi Gara mengernyitkan dahinya melihat si bungsu keluar dari mobil calon suaminya dengan wajah berseri-seri. Perasaan kemarin pas ditinggal, Sera masih ngambek sampai tidak mau keluar kamar.

Sera berjalan masuk bergitu saja melewati Gara, bahkan sempat menjulurkan lidahnya mengejek, membuat papi Gara mendelik heran. Entah apa maksud anak itu.

"Bro," sapa papi Gara.

Sadewa langsung menyalimi tangan calon mertuanya itu. "Nyampe jam berapa semalem, pi?" Tanyanya basa-basi.

"Jam 2." Balas papi Gara, kemudian dagunya terarah ke Sera yang baru saja berjalan masuk, "itu udah gak ngambek lagi? Kok berseri-seri banget mukanya? Perasaan kemarin masih mencucu bibirnya."

"Oh, udah enggak dong." Balas Sadewa bangga nyerempet songong.

Papi Gara takjub dong. "Wih, keren. Tipsnya apa tuh?"

"Ada deeehh." Sadewa memasang seringai mengejek, yang mana membuat pikiran papi Gara langsung melayang kemana-mana. Mana si Sera nginep di tempatnya Sadewa kan semalam.

"Macem-macem ya kalian?!" Tuduh papi Gara.

Sadewa melotot kaget. "Astaghfirullahaladzim, fitnah dari mana itu?!" Ujarnya syok. "Enggak lah, pi, gak berani aku macem-macem. Dibujuk doang sambil dipelukin makanya dedek luluh."

Papi Gara mengangguk-angguh paham, sesaat kemudian dia mengernyit. "Kamu kan nonis, ngapain istighfar?"

"Hah? Oh iya refleks."

Sementara Sera malah membelokkan dirinya ke dapur saat hendak menaiki tangga menuju kamarnya karena melihat seseorang yang sempet bikin dia gedeg beberapa hari yang lalu.

"Ngapain lo disini?!!!" Pekik Sera melihat Jevian ada di dapur rumahnya, sedang mengobrol dengan mami Jane.

Jevian nyengir. "Eh, Sera... udah balik?"

"Ihhh ngapain sih?! Balik sana!" Usir Sera.

Sebenarnya Jevian sudah berkali-kali mengirimi pesan minta maaf dan mencoba menelfon Sera, tetapi tidak ada yang Sera tanggapi. Pas Jevian mau ke rumahnya, Sera langsung ngancem lewat chat 'kalo lo kesini kita putus tali persahabatan'.

Karena papi Gara dan mami Jane udah di rumah makanya Jevian berani ke rumah. Biar ada yang belain gitu, maksudnya.

"Eh, eh, kenapa ini?" Kata mami Jane heran. Wajah si bungsu udah kusut, sementara Jevian malah nyengir lebar. "Berantem sama Jepi juga kamu, dek? Kirain sama Sadewa doang."

Sera mendengus. "Males ah, dia nyebelin!"

"Ya diomongin dong. Kalian udah temenan dari kecil masa berlarut-larut gini berantemnya." Ujar mami. Dia mendoro Jevian mendekat ke Sera. "Sana ngobrol di gezebo belakang. Nih, bawa cookies."

Sera pun dengan ogah ogahan jalan ke gazebo halaman belakang karena disuruh mami, Jevian mengikut di belakangnya. Pas mereka sudah pergi, Sadewa yang habis ngobrol sama papi nyamperin mami.

"Adek mana, mih?"

Mami mengarahkan dagunya ke pintu belakang. "Tuh, ngobrol sama Jepi di gazebo belakang. Berantem ya mereka?"

Sadewa tersenyum getir. Andai saja... mami Jane tau kalau penyebab Sera ngambekin Sadewa adalah Jevian dan mulut lemesnya. Untung saja Jevian udah mendatanginya dan meminta maaf, makanya Sadewa sudah selow sekarang.

"Yaa gitu lah, mi. Jepi kan kalo ngomong suka gak disaring." Jawab Sadewa memilih untuk tidak menceritakan penyebab masalah mereka.

"Ih ada-ada aja emang anaknya si Alice." Mami Jane geleng-geleng kepala. "Eh iya, lusa kan dedek wisuda tuh, kamu dateng gak?"

clichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang