Kalau kemarin mereka didatangi Jevian dan Julian, hari ini gantian kedua orang tua mereka yang datang berkunjung.
"Dek, kamu belum mandi?" Tanya mami Jane syok kala melihat penampilan bungsunya yang masih memakai setelan piyama satin dan tampilan persis seperti orang bangun tidur.
Sera mengangguk malas. "Baru bangun."
Mami Jane terperangah. "Astaga, dedeekk! Udah jadi suami orang masih aja males-malesan."
"Ih, emang kenapa sih? Capek tau semaleman namatin drakor 12 episode." Sera menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, mencari keberadaan seseorang. "Suami aku mana?"
"Sadewa man rajin, pagi-pagi udah bangun tuh buat jogging. Emangnya kamu? Tuh, iler kamu masih nempel." Kata mami.
Sera mendelik. "Dih, orang aku gak ileran."
Mama Anya yang memperhatikan perdebatan anak-ibu itu lantas tertawa kecil. "Gak papa, dek, dulu mama awal nikah juga masih sering bangun siang soalnya belum terbiasa."
"Tuh, mama aja belain aku." Sera beringsut mendekat kemudian memeluk mama Anya dari samping, membuat mami Jane memutar bola matanya malas.
"Mama sama mami udah dateng dari kapan?" Tanya Sera.
"Barusan, kok. Ada papa sama papi kamu di depan lagi ngerokok." Balas mama Anya. "Dek, nanti Sadewa kalo udah ngerokok berlebihan, marahin ya? Takutnya jadi kecanduan kayak si papa."
"Sama aja kayak papinya tuh, meriang dia kalo sehari gak merokok. Itu pun sehari minimal 3 batang." Timpal mami Jane.
"Tapi dia gak pernah merokok pas bareng aku." Kata Sera. "Atau pas lagi kerja aja dia ngerokoknya?"
Mama Anya mengangguk. "Kemungkinan iya, soalnya dia kalo pusing sama kerjaan jarang mau curhat kan? Dipendem terus."
Sera mengangguk setuju. Selama ini Sadewa memang tidak pernah membahas pekerjaannya pada Sera karena Sadewa sendiri yang pernah bilang kalau dia tidak mau membuat Sera ikutan pusing karena masalah pekerjaannya.
Tidak lama kemudian, Sadewa muncul dari pintu belakang. Handuk kecil mengalung di lehernya, baju kaos putihnya sudah penuh keringat, dan napasnya masih ngos-ngosan setelah jogging selama satu jam.
Sadewa segera menyalimi dua wanita dewasa itu, kemudian mengambil air dingin di kulkas dan dituangkannya ke gelas. "Mama sama mami udah nunggu lama?" Tanyanya.
"Enggak kok," balas mami Jane, kemudian wanita itu mencubit pelan tangan Sera. "Itu suaminya mau minum bukannya diambilin malah diem aja." Ujarnya geregetan.
Sadewa terkekeh. "Gak papa, mi, aku bisa ambil sendiri."
"Tuh, dengerin." Cibir Sera.
Sadewa berjalan mendekati Sera, kemudian tangannya terangkat merapikan helaian rambutnya yang berantakan dan menutupi wajah. "Bangun jam berapa, sayang?" Tanyanya lembut.
"Barusan, tadi mbak Nina gedorin pintu kamar kenceng banget." Gerutunya.
"Itu mami yang suruh." Timpal mami Jane.
Omong-omong, mbak Nina memang sudah dipindahkan dan bekerja di rumah ini atas permintaan Sera karena Sera sudah nyaman dengan perempuan yang sudah sejak kecil selalu menemaninya bermain itu.
"Dedek semalem tidur jam 3, mih. Nakal banget. Marathon namatin drakor dari jam 6 sore." Kata Sadewa.
Mama Anya mendengus. "Yaudah biarin sih, Wa, kan gak setiap hari juga."
"Emang cuma mama yang ngertiin aku." Sera kembali memeluk mama Anya dari samping dan melirik sinis mami Jane dan Sadewa.
Sadewa hanya menggelengkan kepala menanggapinya. "Aku ke atas bentar mau ambil hape, takutnya ada orang kantor ngechat." Lalu dia berjalan menaiki tangga menuju kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
cliché
Fanfiction[sunsun] tentang sera yang tiba-tiba dilamar sama tetangga yang sekaligus merangkap sebagai teman kecilnya. emang takdir kadang selucu itu. • bxb. • slight heejake & jaywon. • (kinda) slowburn. • dldr.