Helaan napas berat keluar dari belah bibir seorang pria yang lelah karena sudah mengintari mall selama dua jam hanya untuk menemukan titipan adiknya; sendal motif hiu tapi maunya yang warna ijo neon.
Harsa tidak tau apa motivasi adiknya menginginkan sendal dengan warna unik seperti itu.
Tapi sepertinya Sera hanya bosan dan jenuh karena sudah dua minggu anak itu dikurung dirumah, karena dipingit.
Sebenarnya Sera masih diperbolehkan keluar rumah, hanya saja papi menyuruhnya untuk membawa boyguard.
Karena hal itu, Sera jadi malas keluar kalau diikuti bodyguard. Memangnya dia siapa? Anak presiden?
"Dek, abang udah keliling sampe kaki gemeter, demi apapun gak ada sendal hiu warna ijo neon!"
Harsa bersandar lelah pada pembatas kaca di dekat eskalator, tangannya memegang hape yang ditempel ke telinga. Pinggang jomponya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi.
"Abang mah gituuuu!!"
"Sumpah, kamu kalo mau nyusahin mending nyusahin Sadewa aja sana."
"Ah males dia sok sibuk."
"Emang sibuk, dedeekk. Dia juga nyari duit buat menuhin hedon kamu nanti." Balas Harsa geregetan. "Nitip yang lain aja deh, jangan sendal hiu. Kamu mau ap—"
Kalimat Harsa menggantung di udara kala matanya menangkap sosok laki-laki memasuki sebuah restoran jepang dengan menenteng beberapa tas belanja dari brand ternama.
"Dek, udah dulu,"
"Lah? Mau ngapain?"
"Ngejer masa depan."
"Dih—"
Bip.
Harsa meyimpan hapenya ke saku celana kemudian berjalan cepat menuju tempat makan yang dimasuki laki-laki tadi yang ternyata sangat ramai.
"Maaf mas, belum ada meja yang kosong."
"Saya duduk sama dia," Harsa menunjuk meja paling ujung yang ganya ditempati satu orang. Dia menambahkan, "dia temen saya, kami udah janjian mau makan disini."
Si kasir pun mengangguk. "Oalah. Oke deh, mau pesen apa, mas?"
Setelah menyebutkan makanan yang dipesan dan membayarnya, Harsa berjalan menuju meja yang dia maksud tadi, kemudian dengan santai mendudukkan pantatnya di kursi kosong.
Harsa mengabaikan tatapan kaget dari lelaki di seberangnya, yang mana hal itu membuat si lelaki berdecak kesal.
"Lo ngapain disini?" Tanya Jevian tajam.
"Makan..?" Balas Harsa sok polos. "Itu yang dilakuin orang-orang di restoran kan?"
"Ya lo ngapain duduk di meja gue?!" Nada Jevian naik satu oktaf.
"Well, gak ada meja kosong—"
Jevian berdecak keras. Dia berdiri, meraih tas-tas belanjanya, dan hendak beranjak pergi, tetapi suara Harsa menahannya.
"Duduk."
Jevian mendelik. "Apaan sih—"
"Duduk, Jevian." Harsa menghela napas sabar. "Duduk aja, gue gak bakal ganggu lo. Gue ngerti lo kesel ngeliat muka gue, but please... at least sampe lo selesai makan."
Jevian menyerah. Lagipula dia sangat lapar sekarang dan menu di restoran ini adalah favoritnya, Jevian sudah lama menunggu waktu luang untuk makan disini setelah berbelanja.
Lantas, Jevian kembali duduk, tetapi raut wajahnya tidak berubah. Masih judes. Dia memilih mengabaikan Harsa dan fokus membaca webtoon lewat hapenya.

KAMU SEDANG MEMBACA
cliché
Fanfiction[sunsun] [36/?] tentang sera yang tiba-tiba dilamar sama tetangga yang sekaligus merangkap sebagai teman kecilnya. emang takdir kadang selucu itu. • bxb. • slight heejake & jaywon. • (kinda) slowburn. • dldr.