"Kecelakaan?!"
"Sialan, kok bisa?!"
"Terus lukanya banyak?!"
"Abis ini gak usah main bareng lagi kalian. Baru sekali diizinin udah hampir merenggang nyawa."
"Bacot. Shareloc rumah sakitnya sekarang."
Seluruh ART di ruangan itu saling berpandangan satu sama lain. Mereka bertanya-tanya, apa yang membuat tuan mereka sudah mencak-mencak di siang bolong seperti ini padahal pria itu baru saja menyelesaikan makan siangnya.
Tidak hanya pada ART, Jevian yang lagi berkunjung ke rumahnya Sadewa pun ikutan bingung mendengar Sadewa marah-marah sendiri di telefon. Pas banget pas dia keluar dari kamar mandi, suara Sadewa yang lagi mencak-mencak terdengar.
Kedatangannya hari ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membahas pekerjaan :)) berhubung Sadewa bilang dia lagi gabut, yaudah lah sekalian aja Jevian datengin terus bahas kerjaan yang Sadewa tinggalkan padanya dan mbak Leah.
Oh iya, Jevian sudah resign dari kantor lamanya, omong-omong, dan sekarang dia bekerja di perusahaan keluarga Sastranegara. Alasan pengunduran dirinya adalah karena gaji yang Sadewa tawarkan berkali lipat lebih besar 🤩 kan mayan buat modal nikah.
"Eh, bro, mau kemana?!" Seru Jevian saat berpapasan dengan Sadewa yang berjalan tergesa menuju pintu keluar. "Woi orang gila! Gue kan tamu disini!" Serunya lagi saat Sadewa sama sekali tidak menoleh.
Setelah berada di ambang pintu, Sadewa menoleh ke arahnya. "Sera kecelakaan."
"HAH?!"
Jevian termenung sejenak sampai sesaat kemudian dia tersadar dan dengan panik merogoh saku celana untuk mengambil hape dan menghubungi bang Harsa. Pokoknya keluarga Sera harus tau dulu!
Di sisi lain, di sebuah rumah sakit swasta ternama di kota ini, ada Juna yang tidak berhenti menangis dan Sera sibuk menenangkan dengan mengelus bahu dan mengucapkan kata-kata penenang.
Juna nangisnya kenceng banget sampai-sampai pasien lain pada kepo dan ngintip-ngintip lewat celah tirai. Mereka pada ngira kalau ada orang yang sudah di ujung nyawa apa gimana soalnya nangisnya Juna beneran kenceng banget.
Pas diliat, ternyata yang nangis malah sehat wal afiat, sementara yang luka-luka malah sibuk menenangkan yang sehat.
Sera tersenyum canggung pada belasan pasang mata yang mengintip lewat celah tirai. "Ju, udah dong. Malu anjir diliatin banyak orang." Bisiknya sambil nyubit pelan lengan Juna.
"G-gue tuh... takut! Hiks...n-nanti kalo— hiks, kalo gue dipenggal— hiks, sama laki lo g-gimana??!!"
Jadi yang bikin Juna takut tuh suaminya Sera alias Sadewa ^____^ ya gimana gak takut kalau baru saja dia dibentak habis-habisan lewat telefon oleh pria itu dan dia juga sempat meyakinkan pria itu kalau Sera akan aman bersamanya.
Jadi ceritanya mereka tadi salah jalan dan Juna sempet panik soalnya jalan yang mereka lewati rame banget sama rombongan truk dan otaknya mendadak ngeblak mau gas atau rem, ditambah pas dia mau belok gak liat spion dulu berujung motor yang mereka tumpangi dihantam sama mobil dari belakang:)
Juna gak kenapa-kenapa sih, cuma lecet dikit soalnya pas kepental dia kepental ke semak-semak, beda sama Sera yang kepental ke jalan raya. Sera sampe ada luka jait di lengan dan betisnya dan kakinya keseleo, serta kepalanya kebentur aspal.
Inilah hasil dari belajar motor cuma di lapangan, pas test drive langsung ke jalan raya.
"Udah Ju, gak papa guenya."

KAMU SEDANG MEMBACA
cliché
Fanfiction[sunsun] tentang sera yang tiba-tiba dilamar sama tetangga yang sekaligus merangkap sebagai teman kecilnya. emang takdir kadang selucu itu. • bxb. • slight heejake & jaywon. • (kinda) slowburn. • dldr.