"Pokoknya gedung, katering, wedding organizer, semuanya mama sama mami Jane yang ngurusin, kalian tinggal duduk manis rawat diri dan nunggu waktu fitting baju aja."
Sera dan Sadewa cuma bisa diem dan mendengarkan segala ucapan Anya, yang sepertinya jadi yang paling sibuk ngurusin nikahan mereka setelah Sadewa memberitahunya.
Jangan tanya sekaget apa wanita itu. Dia benar-benar kaget sampe Sadewa takut sendiri meihat mata melototnya. Setelah kagetnya abis, sekarang Anya riweuh sendiri mikirin ini itu.
Kalau Jane ternyata tidak terlalu kaget karena suaminya sudah memberitahu bahwa Sadewa ada niatan serius ke Sera. Ya walaupun pas dikasih tau Gara dia tetep kaget sih.
Usut punya usut, ternyata Sadewa memang sempat berbicara empat mata dengan Gara mengenai dia yang mau melamar anak bungsu keluarga Kalais. Tidak cuma Gara, Sadewa juga mendatangi kakaknya Sera yang sekarang lagi ada di Singapura.
Alasan Sadewa pulangnya ngaret sampe tiga minggu itu ya karena dia mampir ke Singapura dulu selama dua malam buat bicara serius sama kakaknya Sera.
Tadinya Sadewa mau bilang juga ke Jane, tapi Gara bilang tidak usah. Karena kalau dibilang nanti malah bikin Jane semakin berharap dan malah maksa-maksa Sadewa buat cepet lamar Sera.
"Oh iya! Cincin! Dewa, kamu mau beli cincin baru atau pake cincin keluarga kita?"
Sadewa menoleh ke Sera. "Maunya gimana?"
"Cincin keluarga aja biar gak keluar duit banyak."
"Lo meragukan isi dompet gue?"
Sera tersenyum paksa dan sedetik kemudian wajahnya berubah datar, seolah memperingatkan Sadewa untuk tidak cari gara-gara di depan para orang tua.
"Gini aja, cincin lamarannya pake cincin beli baru, terus pas nikahnya pake cincin keluarga. Gimana?" Saran Anya.
Sera mengangguk. "Boleh, tante."
"Kok masih panggil tante sihh." Anya mengenyit gak suka. "Mulai sekarang panggil mama. Sadewa juga mulai sekarang manggil mami Jane sama papi Gara aja. Oke?"
Sunoo mengangguk kaku. "Iya...."
"Jeng, kalo kata aku acaranya di hotel Celestial Crown aja gak sih?" Saran Jane.
Anya mengangguk, menimang-nimang. "Celestial Crown boleh sih, tapi di Ritz Regency lebih bagus gak sih? Nanti abis acara nginep disitu aja dulu satu malem biar gak capek capek banget."
"Boleh tuh—"
"Enggak, langsung balik ke penthouse aja."
"Kok gitu?" Anya sewot. "Gak kasian kamu sama Sera? Capek dia! Nginep aja di hotel dulu semalem, besok paginya baru pulang ke rumah."
"Udah gak sabar kali dia." Celetuk Jane.
"Gak sabar kenapa, mi?" Heran Sera.
Jane langsung melipat bibirnya serta menahan tawa saat si calon menantu menatapnya tajam dengan sirat ancaman. Anya yang ngerti pun segera mengalihkan topik.
"Semalem dulu di hotel ya, Wa?" Ucap Anya yang dibalas anggukan paksa oleh Sadewa.
"Jadi dedek kemarin nginep di rumah Sadewa pas dianya lagi gak di rumah?" Tanya Jane mengalihkan topik.
"Iya." Jawab Sera.
"Enak banget kamu serasa yang punya rumah."
"Biarin." Sera menjulurkan lidahnya acuh. "Sadewa aja gak keberatan. Iya kan?"
Jane menepuk paha Sera. "Yang sopan." Tegurnya yang mana membuat Sera merengut tidak suka.
"Asal mami tau, dia kemarin seenaknya tidur di kamar aku pas aku pergi. Semua barang-barang dia dari skincare, boneka, buku ditaruh di meja kerja aku semua. Baju-baju dia ditaruh nyampur sama baju aku." Ujar Sadewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
cliché
Fanfiction[sunsun] tentang sera yang tiba-tiba dilamar sama tetangga yang sekaligus merangkap sebagai teman kecilnya. emang takdir kadang selucu itu. • bxb. • slight heejake & jaywon. • (kinda) slowburn. • dldr.