Dua minggu sudah terlewati. Sera beneran fokus nyelesain skripsinya buat bab 4 dan 5. Sebenernya data dia tuh udah ada, tapi emang dasarnya dia yang males ngolah data karena sudah muak menatap layar laptop.
Dosen pembimbingnya juga heran sama Sera kok bisa-bisanya ini anak ngilang hampir sebulan. Sekarang Sera tinggal nunggu jadwal sidang akhir aja soalnya dia udah daftar kemarin.
Sekarang Sera lagi di rumah, ada Juna yang menemaninya. Seperti biasa, kedua orang tuanya sibuk jadi hanya dia dan para pelayan yang tinggal di rumah besar ini.
"Lo kalo gue kasih beras mau gak?" Tanya Juna.
Sera mengenyit. "Buat apaan?"
"Hadiah sidang. Biar anti mainstream gitu, yang lain kan pada ngasih buket." Balas Juna.
Oh iya, Juna belum bisa maju sidang karena dia belum selesai dengan bab 4, belum lagi dosen pembimbingnya adalah wakil direktur yang sangat susah ditemui dan dihubungi.
"Bebas deh," kata Sera pasrah. "Yang penting lo dateng aja nyemangatin gue. Noah kalo bisa juga dateng."
"Noah masih di Jepang, ege."
Tiba-tiba Sera teringat dengan ucapan tetangga depan rumahnya dua minggu lalu. Sebenernya Sera masih kepikiran, cuma karena ngurus skripsi ini aja dia jadi merasa ada pengalihan.
Berhubung ada Juna, apa Sera harus cerita? Soalnya Sera gak bisa mendem ini sendirian. Dia butuh saran dan pendapat orang lain.
"Ju,"
"Ha?"
"Kalo gue nikah gimana?"
"Hah??"
"Kalo gue nikah," Sera menoleh, menatap Juna. "Menurut lo gimana?"
Juna mengerjapkan matanya bingung. Setaunya Sera belum pacaran lagi setelah kejadian dia dijadiin selingkuhan sama Devin, terus mau nikah sama siapa dia? Kayak ada calonnya aja.
"Ya... gak gimana-gimana?" Balas Juna bingung.
"Lo sama Julian ada niatan lanjut ke jenjang pernikahan gak?"
"Kalo itu sih ada, tapi gue belum mau soalnya mau berkarir dulu. Kak Julian udah pernah ngomongin soal ini dan dia menghargai segala keputusan gue." Balas Juna. "Kenapa sih tiba-tiba?"
Anyway, Sera memang punya privilege memanggil ketiga teman kompleknya itu tanpa embel-embel 'kak' padahal umur mereka beda 5 tahun.
Sera menggeleng ragu. "Gue gak kebayang deh kalo gue nikah sama temen kecil gue."
"Hah? Maksud lo Kak Julian?!" Sentak Juna.
"Bukan, anjir!" Seru Sera. "Yang lain."
Juna memicingkan matanya curiga, sesaat kemudian dia melotot kaget. "Jangan bilang... Kak Sadewa ya?!" Tebak Juna tepat sasaran.
Blush!
Pipi Sera langsung memerah. Tak bisa dipungkiri, jantungnya kembali berdebar saat mendengar nama itu.
Juna yang sadar kalau ada sesuatu yang mencurigakan langsung menguncang-guncang bahu Sera meminta penjelasan. "Jelasinnnn!!!!!!"
"Jadi," Sera menjeda sejenak. "Jadi, sekitar dua minggu lalu gue sempet kumpul ber-empat sama geng komplek permai. Terus gue cerita-cerita soal mantan yang kemarin itu dan bla bla bla mereka ngasih nasihat ke gue.
Sampe akhirnya Julian ngira gue ngebet nikah, terus gue bilang kalau gue selesai kuliah males kerja makanya pengen nikah aja. Terus Julian bilang sama Sadewa aja soalnya duitnya banyak. Abis itu Sadewa malah bilang 'yuk nikah sama gue' gitu.
![](https://img.wattpad.com/cover/365081609-288-k175103.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
cliché
Fanfic[sunsun] tentang sera yang tiba-tiba dilamar sama tetangga yang sekaligus merangkap sebagai teman kecilnya. emang takdir kadang selucu itu. • bxb. • slight heejake & jaywon. • (kinda) slowburn. • dldr.