27

1.2K 142 13
                                    

Sang mentari perlahan menampakkan diri dari ufuk timur namun Sera masih enggan untuk bangun dari tempat tidurnya.

Tubuhnya terasa sangat lelah dan remuk setelah acara pernikahannya kemarin, belum lagi dia harus bersalaman dengan ratusan kolega bisnis Sadewa sampai dia pegal karena terlalu lama berdiri.

Tiba-tiba, tubuhnya yang masih tertutup selimut tebal ditepuk pelan. Bahkan tanpa harus melihat pun, Sera sudah tahu siapa itu.

"Hngg... masih ngantuuukk." Gumam Sera pelan.

"Bangun dulu dek, udah mau jam 1 nih, kamu belum makan dari semalem." Ujar Sadewa. Bau sabun mandi Sadewa yang segar membuat Sera tau bahwa pria itu sudah mandi sejak tadi.

Hal itu membuat Sera heran sendiri, apa Sadewa tidak lelah karena pesta kemarin? Umur Sera memang lebih muda, tapi kalau soal stamina tetap Sadewa juaranya.

"Ntar aja," jawab Sera, masih dengan mata terpejam. "Belum laper."

"Aissss," Sadewa kembali membujuk.

"Aaaaa... masih ngantuuukkk..." rengek Sera.

"Bangun dulu bentar, makan, terus tidur lagi. Nanti maag kamu kambuh kalo telat makan." Kata Sadewa lembut.

Sera bergumam malas. "Hmm,"

"Adek."

Sera mengerang. Sadewa tau dia tidak akan bisa membantah lagi kalu dipanggil dengan nada serius seperti itu.

Perlahan, Sera membuka matanya, kemudian mengerjap beberapa saat untuk beradaptasi dengan cahaya kamar.

Saat Sera masih membiasakan matanya dengan cahaya, Sadewa dengan telaten membersihkan kotoran di sudut matanya agar Sera bisa membuka mata dan melihat lebih jelas.

Sera menoleh ke belakang karena tubuhnya membelakangi Sadewa yang duduk di belakangnya. Sudut bibirnya terangkat, lalu tangannya keluar dari selimut dan menarik leher Sadewa untuk dia peluk.

"Good morning, husband."

Sadewa terkekeh. "Udah siang."

Kedua lengan kekar Sadewa memeluk pinggang ramping suaminya tidak kalah erat. Hidungnya langsung mencari-cari leher Sera untuk menghirup aroma vanilla yang masih tertinggal dari semalam.

"Udah, bangun dulu yuk." Sadewa menegakkan badannya, lalu meraih kedua tangan Sera untuk dia tarik.

Sera menggeleng. "Males makan."

"Makan dulu ayo, nanti maag kamu kambuh mau?"

Tunggu dulu. Sera menyadari ada sesuatu yang tidak familiar. Apa Sadewa baru saja menggunakan 'aku-kamu' saat berbicara dengannya? Tepat sehari setelah mereka menikah?

"'Kamu?'" Sera mengerling jahil. "Udah gak 'lo-gue' lagi nih?"

Sadewa mengangkat bahunya. "Gak enak dengernya udah nikah masih 'lo-gue'. Lagian kemarin kita udah dimarahin mami gara-gara masih pake 'lo-gue' pas ngobrol."

"Oooo...."

"Iya, dan sekarang kamu harus bangun."

"Aaaaa gak mauuuuu..."

Sadewa menarik tangan Sera, tetapi Sera menahannya dan bahkan menariknya hingga tubuh Sadewa kembali membungkuk hingga kedua tangannya bertumpu di kedua sisi kepala Sera.

Jarak wajah keduanya sangat dekat, bahkan Sera dapat merasakan hembusan napas Sadewa yang memberat mengenai wajahnya.

Sera tersenyum manis. "Morning kiss?"

clichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang