30

2.3K 157 33
                                    

Sera mengerang tidak suka saat merasakan seseorang menciumi leher dan pundaknya. Dengan setengah sadar dia mendorong wajah orang itu menjauh, namun orang itu malah menahan tangannya di sisi kanan dan kiri kepalanya.

"Good afternoon, sleepyhead."

"Sanaa ahhh, masih ngantukkkk." Racau Sera.

Tanpa membuka mata pun Sera sudah tau kalau orang itu adalah Sadewa. Sera tidak tau Sadewa sudah terbangun sejak jam berapa, yang pasti dia merasa salut denga energi pria itu.

Sementara Sera, jangankan bangun, membuka mata pun rasanya berat sekali. Tubuhnya benar-benar lelah dan baru terasa pegal di beberapa bagian setelah dia bangun.

"How are you feeling, baby?" tanya Sadewa.

"Pegel."

"How do I make you feel?"

"Pokoknya enak," ia menoleh untuk menatap Sadewa dari pundaknya dan tersenyum, "you make me feel the best."

Sadewa balas tersenyum. Sera membalikkan badan kemudian tangannya melingkar di leher Sadewa, menariknya mendekat, semata-mata hanya untuk memberi ciuman singkat. Namun, Sadewa berpikiran lain.

Sera menerima ciuman itu dan dia merasa ciuman ini berbeda dari ciuman biasa. Justru sama dengan ciuman yang mengawali kegiatan mereka semalam. "Kamu buat aku pengen lagi, kak." Ujar Sera disela-sela ciuman mereka, terbawa suasana.

"Dasar mesum." Sadewa menjentik kening Sera pelan. "Emang masih kuat? Gak pegel? Kita main tiga ronde dan dua diantaranya itu kamu yang gerak."

Sera nyengir. "Pegel, tapi enak."

Sadewa tersenyum memandangi wajah suaminya sejenak. Dia paham bahwa nafsu Sera masih menggebu-gebu karena ini pertama kali bagi mereka, tapi dia juga harus memperhatikan kenyamanan lelaki itu juga.

Satu tangan Sadewa menyelinap ke balik selimut dan menyentuh pinggul Sera yang hanya tertutup celana dalam. "Masih sakit?"

Sera mengangguk. "Masih dikit..."

Untungnya semalam Sadewa masih sempat membersihkan tubuh Sera dari sisa-sisa permainan mereka. Tentu saja dia tidak ingin Sera tidur dengan keadaan penuh keringat dan cairan lain menempel di tubuhnya.

Hanya saja, Sera menolak memakai celana karena gerah. Itulah mengapa dia hanya mengenakan celana dalam sekarang, dan ditambah kaos kaos kaki pendek yang menutupi sampai pergelangan kakinya.

"Mau makan?" tanya Sadewa sambil membelai pipi Sera. Dia kembali disahut dengan anggukan. "Okay. Mau makan di sini atau di dapur?"

"Dapur, tapi gendong."

"Iya, sayang."

Sadewa mengecup kening Sera sebelum menegakkan tubuhnya. Sadewa pikir Sera ingin digendong belakang seperti biasanya, tapi lelaki itu malah melingkarkan kakinya di pinggang Sadewa dan memeluk lehernya erat dari depan.

Sadewa terkekeh. "Gak malu nanti diliatin mbak Nina?"

"Mbak Nina justru seneng liat kita begini."

"Masa?"

"Hmm, kata dia itu tandanya kita harmonis. Dia jadi kangen suaminya di kampung, kak."

Mungkin setelah ini Sadewa akan memberi mbak Nina cuti untuk beberapa minggu agar bisa meluangkan waktu dengan suaminya juga.

🪷🪷🪷

"Sadewa, astaga... ternyata beringas banget lo semalem...."

Sera tidak bisa mempercayai pengelihatannya. Saat ini dia sedang berdiri di depan cermin kamar mandi, menatap pantulan dirinya yang sedang bertelanjang dada, dengan pandangan syok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

clichéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang