36. So Unfair!

44.4K 2.4K 39
                                        

Agatha makin giat belajar ketika dirinya sudah duduk di bangku kelas 12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Agatha makin giat belajar ketika dirinya sudah duduk di bangku kelas 12. Dia ingin masuk ke perguruan tinggi yang sama dengan Theodore.

Kampus bergengsi tanah air.

"Pilih belajar atau aku?" Theo merebut buku belajar Agatha, ia jengkel lantaran sejak tadi Agatha lebih fokus dengan belajarnya ketimbang dirinya yang super tampan ini.

"Kak Theo." Agatha mengambil kembali bukunya.

"Ini pacarnya jangan dianggurin dong, cantik."

"Kak, aku lagi fokus belajar buat ujian. Penting banget." Agatha menatap Theo dengan serius, tangannya masih memegang erat bukunya.

Theo mengangkat alis. "Gue juga penting. Masa gue kalah sama buku?" Theo berkata sambil duduk di samping Agatha, bersandar pada meja belajarnya.

"Kakak penting. Masa depan aku juga penting, jadi beriringan. Bentar lagi selesai, tungguin."

Theo menyeringai, jelas tidak puas. "Belajar bisa sambil duduk di sini, tahu?" Tangannya menepuk-nepuk pangkuannya sambil melirik Agatha.

Agatha menatapnya skeptis. "Sambil duduk di situ? Mana bisa fokus."

"Bisa kok. Justru lebih fokus. Lagian, udah lama nggak duduk sini, kan?"

Agatha mengehela napas pelan, tapi akhirnya berdiri dari kursinya dan dengan sedikit ragu, duduk di pangkuan Theo. "Tapi serius, ya, Kak? Aku benar-benar harus belajar."

Theo hanya tersenyum sambil memeluk pinggang Agatha dari belakang. "Serius, kok. Gue cuma mau lo dekat-dekat. Lanjut aja belajarnya."

Agatha membuka kembali bukunya, berusaha mengabaikan sentuhan Theo yang sesekali menggelitik pinggangnya. "Kak, jangan ganggu."

"Siapa yang ganggu?" Theo terkekeh pelan. "Gue cuma duduk."

Agatha tetap fokus pada buku di depannya. Sementara itu, Theo terus mencari-cari celah untuk menyusupkan godaan kecil—sekadar menyandarkan kepalanya di bahu Agatha atau menggoyangkan kakinya pelan-pelan, membuat Agatha menoleh sejenak.

"Kakak nggak bisa diem, ya?" Agatha mengomel, meski bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

Theo terkekeh. "Sulit sih, soalnya lo terlalu cantik. Susah buat nggak iseng."

"Kak, kalau aku nggak bisa fokus, berarti Kak Theo yang salah."

Theo hanya terkekeh pelan, mencium pipi Agatha dengan cepat. "Oke, deal. Gue ngaku salah, tapi lo tetep cantik."

Theo menyeringai lebih lebar, merasa puas saat Agatha kembali serius menatap bukunya. Tapi tentu saja, diam dan membiarkan Agatha belajar tanpa gangguan bukanlah gaya Theo.

"Kakak bener-bener mau nemenin atau ngeganggu, sih?" Agatha bertanya tanpa melihat ke arah Theo, matanya masih terpaku pada teks pelajaran.

"Mana ada yang ganggu?" Theo merespon santai. Tangannya mulai bergerak pelan di pinggang Agatha, jari-jarinya seakan main-main, tapi jelas ada maksud tersembunyi di balik setiap gerakannya.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang