39. Thirsty

5.4K 838 37
                                    

Astaga guys! Jadi harusnya chap ini tuh di up bareng chap sebelumnyaa!! AKU LUPAAA🙏🏻😭


Theo memindahkan Agatha ke sofa di apartemennya dengan hati-hati, memastikan gadis itu tidak terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theo memindahkan Agatha ke sofa di apartemennya dengan hati-hati, memastikan gadis itu tidak terbangun. Tapi Agatha justru mengerang pelan, tangannya tanpa sadar menarik baju Theo seperti anak kecil yang takut ditinggal.

"Kak Theo... jangan pergi..." gumam Agatha, suaranya pelan tapi jelas terdengar manja.

Theo menahan tawa, menatap wajah Agatha yang terlihat polos dalam keadaan mabuk. "Gue nggak ke mana-mana, Agatha. Tenang aja."

Thro duduk di sampingnya, membiarkan gadis itu tetap memegangi bajunya. Wajah Agatha yang sedikit merona karena efek alkohol membuat Theo ingin berbuat lebih, tapi ia masih berusaha menahan diri.

"Sayang..." panggil Theo pelan, jarinya menyentuh dagu Agatha, mengangkatnya sedikit agar gadis itu melihatnya. "Lo sadar nggak kalau lo tuh bener-bener bahaya buat gue?"

Agatha hanya menatap Theo dengan mata setengah terbuka, kepalanya miring seperti anak kecil yang tidak mengerti apa-apa. Tapi saat Theo mencoba melepas tangannya dari baju pria itu, Agatha justru menarik lebih erat.

"Nggak boleh pergi," ucap Agatha pelan, wajahnya menyembunyikan pipi di dada Theo.

Theo menghela napas panjang, lalu memutuskan untuk menyerah pada permintaan Agatha. "Oke, oke, gue nggak pergi. Tapi kalau gue di sini, jangan nyesel."

Theo menarik tubuh Agatha ke pelukannya, membiarkan gadis itu bersandar sepenuhnya di dadanya. Agatha bergumam puas, tangannya tanpa sadar memeluk pinggang Theo.

"Hangat banget," bisik Agatha sambil menempelkan wajahnya ke leher Theo.

Theo mengerjap, napasnya tertahan sejenak. "Agatha, sadar nggak lo lagi ngapain?" tanya Theo, meskipun dia tahu jawabannya.

Agatha tidak menjawab, hanya mengusap dada Theo dengan kepalanya. Pria itu menggigit bibirnya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mulai tak terkendali.

"Tahu nggak, lo kayak kucing yang minta dielus," katanya sambil tertawa kecil, tangannya perlahan mengusap punggung Agatha. Sentuhannya lembut, penuh kehati-hatian, memastikan gadis itu tetap nyaman.

Agatha tertawa pelan, tapi kemudian mendongak menatap Theo dengan mata beningnya. "Kak Theo..." panggilnya.

"Hm?"

Agatha mengangkat tangannya, menyentuh pipi Theo dengan lembut. "Aku suka banget sama senyum Kak Theo..."

Theo terdiam, jantungnya berdetak semakin kencang. Tanpa sadar, dia membiarkan jarinya menyusuri rambut Agatha, menyelipkan helai-helai yang berantakan ke belakang telinga.

"Kalau lo terus ngomong kayak gini," bisik Theo sambil mendekatkan wajahnya, "Gue nggak yakin bisa berhenti."

Agatha hanya tersenyum, lalu tiba-tiba menyandarkan dahinya ke dahi Theo, membuat jarak di antara mereka benar-benar hilang.

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang