35. Possessive

31.5K 1.7K 14
                                    

Hari ini Agatha dijemput, tapi rasanya berbeda dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Agatha dijemput, tapi rasanya berbeda dari biasanya. Ada satu teman perempuan Theo yang duduk di kursi belakang.

"Maaf, ya, gue ganggu kalian. Mobil gue mogok tadi, jadi Theo yang bantuin," jelas Harlet—perempuan yang dibantu Theo, ia senyum ramah.

Agatha melirik Theo, merasa sedikit curiga. Kenapa dia tidak memberitahu jika temannya ikut?

"Gue Harlet, temen organisasi Theo," lanjut Harlet, mengulurkan tangan ke arah Agatha.

"Agatha," jawab Agatha, mengulurkan tangannya untuk berjabat.

"Pacar Theo?" Harlet seakan memperjelas, matanya berkilau penuh rasa ingin tahu.

"Iya," jawab Agatha.

"Wah, keren! Akhirnya kita bisa ketemu. Theo sering banget cerita tentang lo," Harlet berkata sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.

Agatha merasa sedikit tidak nyaman, mencuri pandang ke arah Theo yang tampak tenang di kursi pengemudi. "Oh, gitu ya? Kak Theo sering cerita apa, Kak?"

"Banyak hal! Dia bilang lo pintar, rajin, dan ya, lo cantik." Harlet tersenyum lebar, membuat Agatha merasa sedikit merah.

✿✿✿

"Apa?" Theo bertanya, usai mengantar Harlet, Agatha terus melempari tatapan tajam padanya.

"Kenapa, Agatha?" Theo kembali bertanya setelah tidak mendapat respond.

"Kamu sedekat apa dengan Kak Harlet?"

"Nggak dekat, cuma kenal."

Agatha mendengus, "Nggak akrab tapi di anterin pulang, dan itu kenapa Kak Harlet sampe tahu banget hubungan kita. Kakak jangan oversharing!!"

"Cemburu?" Theo tidak bisa menahan kedutan di sudut bibirnya untuk tersenyum lebar.

"Iya!"

Pecah sudah. Theo tersenyum lebar, dia suka sekali ketika Agatha cemburu.

"Gue seneng lo cemburu, tapi gue lebih seneng kalau lo percaya sama gue."

"Aku nggak suka Kakak punya teman akrab sama perempuan. Terserah Kakak mau bilang aku mengekang atau gimana, aku cuma mau melindungi hati aku biar nggak ada rasa was-was sama Kakak."

Theo mengangguk.

"Karena perlakuan Kakak sama perempuan mungkin biasa aja bagi Kakak, tapi perempuan itu pakai hati, Kak. Jadi sebelum berbuat baik sama perempuan Kakak harus pikirin konsekuensi kedepannya."

Theo mengangguk lagi.

"Jawab, jangan ngangguk aja!"

Astaga, Theo baru tahu Agatha bisa semenyeramkan ini.

"Iya, sayang." Theo terkekeh kecil, "Lo tahu kan, kalau cemburu gini, lo makin manis?"

"Kak Theo! Aku lagi mode serius ini."

Say My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang