Suara adzan dzuhur bergema, Hanna dan santri lainnya segera menata Shaf bersiap² untuk melaksanakan sholat Dzuhur di Musholla yang berada diwilayah Pondok Pesantren Putri AlFath.
"Eh, Han, pindah!! Iki ngunu nggonku!" ( Pindah!!! Ini tempatku )
Zakiya membentak Hanna, karna merasa shaf yang ditempati Hanna saat ini adalah shaf yang biasa ditempati Zakiya.
"Enggeh, ngapunten mbak Zakiya" ( Ma'af mbak Zakiya )
"Ngapunten ngapunten, cepet pindah!"
"Ehh, enggeh mbak"
Hanna terkejut mendengar bentakan Zakiya, lalu dia beralih ketempat satu baris dibelakangnya.
"Duuuh, nyebelin banget tuh Zakiya" ucap Laila yang ikut tak terima melihat Sahabatnya dibentak oleh Zakiya.
"Wes gapopo Lel, gak perlu dipikiri, yuk ndang sholat". ( Udah gapapa Lel, Ga usah dipikirin, Yuk cepet sholat )
Santri putri melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, pada waktu dzikir Hanna tiba² dipanggil Bunyai Aisyah.
"Mbak Hanna, dipun timbali kalian Bunyai" ( Mbak Hanna, Dipanggil Bunyai )
Ucap seorang santri."Inggih mbak, maturnuwun"
Setelah menjawab, gegas Hanna melepas mukenah berwarna biru yang tadi masih membungkus badannya, lalu melipat, dan membungkusnya dg sajadah. Setelah menaruh mukenah Hanna bergegas menuju Ndalem, untuk memenuhi panggilan sang Bunyai.
"Nuwun Sewu"
"Oh, Hanna samean tulung bersih² kamarnya Habsyi yoh, mumpung orangnya belum datang"
"Inggih bunyai"
Hanna mengangguk. Hatinya tak karuan, dia tak tau harus bahagia atau gelisah, dia benar² Grogi.
Pasalnya Gus Habsyi adalah putra bungsu Bunyai Aisyah, yang selama ini selalu menjadi idaman mbak² santri, sekaligus nawaning²nya, bagaimana tidak? Dengan wajahnya yang tampan, kulit kuning langsat, alis tebal, hidung mancung, ditambah sedikit brewok didagunya, dan postur tubuh yang tinggi, gagah berwibawa, belum kepintarannya, yang menimbulkan daya tarik bagi siapapun yang mengenalnya, termasuk juga Hanna."Duh, Gusti kamarnya Gus Habsyi loh ini"
Dengan tubuh gemetar, pelan² Hanna mulai berjalan menuju kamar Gus Habsyi.
"Bismillahirrohmanirrohim"
Ucap Hanna ketika mulai memasuki pintu utama, dg membawa Sapu, kain pel, ember berisi air, dan kemoceng. Pelan² dia mulai membersihkan laci, cermin, lalu membenahi sprei. Kemudian, dia menyapu, hingga ketika dia merungkuk hendak membersihkan lantai dibawah ranjang, dia melihat sesuatu berwarna putih yg berserakan."Opo kuwi?" ( Apa itu? )
Hanna yang penasaran lalu menarik benda putih itu dengan sapu yang dipegangnya.
"Kertas?"
Disitu terlihat beberapa kertas yang dilipat, mirip surat. Rasa penasaran membuat tangannya pelan² membuka lipat kertas itu.
( Matamu, bak Hurun Ain..
Wajah cantikmu mampu membuat mata ini sangat sulit menjaga pandangan..
Tutur manismu mampu mendesirkan lebih cepat aliran darah pada nadi ini..
Akhlakmu, mampu menghangatkan jiwa yang kadang letih tak terkendali.
Ya Robb..
Ma'afkan diri ini, karna telah tak sengaja mencintai salah satu hambamu.
Ya robb..
Hamba tak mampu mengungkapkannya,
Tapi Hamba mencintainya..Muhammad Habsyi Alfarizi ..
Laila Assidqiyah )"Hah, Laila? Gus Habsyi diam² suka Laila?"
Batin Hanna setelah membaca salah satu kertas milik Gus Habsyi. Tiba² saja, bulir bening jatuh dari mata Hanna tanpa diminta, dia benar² terpukul, Hanna yang mencintai Gus Habsyi, tapi Gus Habsyi mencintai Sahabatnya sendiri. Hatinya benar² sakit, dia yang setiap kali menyebut nama Gus Habsyi didalam doanya, tapi setelah melihat ini, harapannya seakan runtuh begitu saja.
"Ya Allah, haruskah sesakit ini?"
Ucap Hanna, sangat² lirih seraya meremas dadanya, air matanya luruh begitu saja.
"Ekhem.."
Hanna terkejut ketika mendengar suara orang berdehem.
"Siapa itu" Hanna bergumam, kemudian pelan² menoleh dg kertas yang masih ada ditangan. Tiba tiba Hanna membelalakan mata melihat siapa yang saat ini berdiri didepan pintu.
"Gus?".
Terjemahan:
Dalem : Saya
Ndalem : Rumah
Ngapunten: Ma'af
Timbali : Panggil
Nuwun sewu : PermisiKalau ada yang belum tau terjemahnya, boleh ditulis dikolom komentar yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
TANDA CINTA BUNYAI
Short StoryKisah ini menceritakan tentang kisah seorang santri bernama Hanna yang mengagumi Gusnya. Namun apalah daya, kekaguman, bahkan rasa cintanya terpaksa harus dibuang jauh jauh ketika tahu jika ternyata Gusnya diam diam menyukai Sahabat karib Hanna sen...