Hanna memasukkan segala perlengkapan Gus Zein kedalam tas yang hendak dibawa mengantar santrinya untuk lomba. Kemudian mengantarkan Gus Zein menuju halaman yang sudah ditunggu oleh kelima santri yang hendak mengikuti lomba.
"Doakan bisa beli mobil sendiri ya, biar nggak minjem sama salah satu santri"
"Inggih Gus.. Selalu saya doakan"
Ketika hendak menaiki mobil, Gus Zein melupakan sesuatu, hingga membuatnya harus kembali kekamar.
"Astaughfirulloh, datanya ketinggalan Hanna"
"Dimana gus?"
"Biar tak cari sendiri wes"
Gus Zein pun bergegas menuju kamarnya, kemudian membuka lemarinya, hendak mencari beberapa data formulir yang sempat tertinggal.
"Hah, apa ini? Seperti.. "
Gus Zein menemukan Sorban milik Gus Habsyi yang Hanna simpan bersama surat suratnya waktu itu.
Beliau mulai membaca salah satu suratnya, yang mana itu tentang perasaan Gus Habsyi terhadap Laila.
"Ohhh.. Jadi Habsyi emang udah lama suka sama Laila. Tapi Untuk apa Hanna menyimpan surat Habsyi, untuk Laila"
Tapi Gus Zein merasa biasa saja, karna memang Hanna adalah sahabatnya Laila.
( Tapi sorbannya?, darimana Hanna mendapatkannya? )
Beliau pun membalik kertas itu.
( "Ma'afkan saya gus, saya tak sengaja mencintai njenengan, yang kini milik orang lain, mencintai njenengan yang bahkan tak menaruh rasa sedikitpun terhadapku.
Aku sedang mencoba menghapus rasa kurang ajar ini, tapi siapa yang bisa menghapus rasa secepat itu?
Bahkan manusia tak memiliki kuasa apapun untuk mengatur perasaannya. Allah yang mengatur hati ini untuk mencintai njenengan.
Gus... sekali lagi, saya minta ma'af dengan perasaan kurang ajar karna telah mencintai njenengan" )
Gus Zein meremas surat itu.
( Aku sudah tau jika Hanna pernah mencintai Habsyi, tapi kenapa aku masih saja sakit hati melihat ini, padahal Hanna juga sudah menghapus rasa itu )
Gus Zein mencoba menormalkan emosinya yang hampir saja terpancing.
"Untung saja Habsyi tak mencintai Hanna, bahkan tak tau mengenai perasaan Hanna yang pernah tertuju padanya"
Beliau mencoba berfikir positif dengan semuanya. Kemudian kembali mencari data data itu.
Setelah menemukannya, Beliau turun kebawah dan menemui santrinya yang sudah menunggu.
"Kok lami gus?"
"Iya sayang, lupa tempatnya"
Hanna hanya mengangguk paham.
"Hanna aku berangkat ya, hati hati dirumah, jangan keluar jika tidak ada keperluan, telpon ummi jika merasa kesepian, dan... Jangan rindu aku.. Cuma sekedar 3 harian kok"
"Inggih Gus.. Njenengan hati hati juga"
Hanna mencium tangan Gus Zein, kemudian Gus Zein mencium keningnya mesra. Lalu berangkat.
Setelah mobil itu hilang dari pandangan, Hanna bergegas menuju kamar, kemudian menumpahkan tangisnya disana.
Sebenarnya Hanna tak rela ditinggal oleh suaminya, bukan apa apa, tapi dia takut Gus Habsyi mengganggunya lagi.
Dia kemudian mengambil sebuah buku diary yang sudah lama tak terbuka, dan menulis sesuatu disana.
( Gus, terima kasih.. Keberadaanmu benar benar membuatku bahagia, membuatku merasa nyaman..
KAMU SEDANG MEMBACA
TANDA CINTA BUNYAI
Short StoryKisah ini menceritakan tentang kisah seorang santri bernama Hanna yang mengagumi Gusnya. Namun apalah daya, kekaguman, bahkan rasa cintanya terpaksa harus dibuang jauh jauh ketika tahu jika ternyata Gusnya diam diam menyukai Sahabat karib Hanna sen...