Sakit Dzohir Batin

2.5K 76 7
                                    

( Part ini mengandung kekerasan, harap bijak dalam membaca )

"Zakiya, wes berapa kali kamu melanggar aturan piket, semua pengurus wes laporan ke aku, tapi aku masih diam, samean juga pengurus, harus bisa jadi panutan, tadi malam juga gitu, banyune jedding amber, ternyata jare Hanna, samean seng piket, karepe samean ki piye jal?",

Bunyai menasehati Zakiya yang sering kali tledor dengan tugasnya, dia memang pengurus, tapi agak mlenceng. Mendengar ada kata "Hanna" disebut, Zakiya bertambah geram dengan Hanna.

( Oh, Hanna toh seng nglaporake aku nang bunyai, awas yo!! )

Zakiya bergumam.

"Zakiya!!"

"Inggih bunyai, ngapunten.. wau dalu dalem belajar, sampek ketiduran"

Ucap Zakiya membuat alasan, padahal tadi malam dia memang sengaja tidur, malas untuk melaksanakan piketnya.

"Hhmmm.. yawes, pokok e, aku gak pingin, nama kamu lagi² masuk daftar laporan, aku wes kesel"

"Inggih bunyai, ngapunten"

"Yawes, balik nang kamar"

"Inggih"

Setelah mengucapkan itu, Zakiya langsung balik kamar dengan perasaan yang berkecamuk, dia yang benar benar marah, lalu Mengajak Dua komplotan nya untuk melabrak Hanna.

Terlihat Hanna sedang Muroja'ah, dengan tubuh yang menyandar ke tiang Aula, dan Al-Qur'an terbuka diatas meja belajar yang berukuran pendek. Tiba² saja lengan Hanna ditarik dengan kasar oleh Zakiya, Hanna diseret menuju suatu tempat.

"Mbak Zak, ojo ngene toh.. tanganku sakit, ono opo toh iki"

Zakiya tak menjawab, dia memasang muka murka dan terus menyeret Hanna, di belakangnya ada dua komplotan Zakiya yang terus mengikuti kemana Zakiya pergi.

"Mbak Zakiya, nandi toh iki"

Hanna terus saja menanyakan kenapa Zakiya berbuat demikian, sesampainya dipadang rumput belakang Pondok Pesantren, yang sangat jauh dari gerbang, Zakiya lantas mendorong tubuh Hanna hingga terhuyung kedinding pondok.

"Dasar pengadu! Mau cari muka didepan bunyai? Hah!"

Ucap Zakiya lantang.

"Maksudnya nopo toh mbak?, Aku nggak ngerti"

"Hallah, mukamu sok sokan polos, padahal licik, gausah Pura pura nggak tau"

"Opo toh mbak, aku emang nggak tau, maksud samean opo!"

"Bulshit! Samean kan, seng ngelaporke aku ke Bunyai.. kamu membuat nama orang lain jelek, demi menjunjung tinggi namamu sendiri kan!"

Suara Zakiya benar² meninggi, dia sangat marah pada Hanna yang dia anggap paling bertanggung jawab tentang laporan para pengurus tentangnya, padahal Hanna tak pernah melaporkan sama sekali.

"Tapi, aku gak pernah laporan mbak!"

"Hallah, bacot!!"

Satu tamparan mendarat dipipi mulus Hanna, hingga membuat pipinya benar benar merah, perih.. sangat perih. Hanna hanya meringis, dia merasakan ada cairan hangat yang keluar dari mulutnya, itu darah, sebab tamparan Zakiya.

"Gausah sok sok an baik didepan bunyai, kamu tu sampah!! Yatim piatu tak berguna!!!"

Zakiya lalu menarik kerudung yang dipakai oleh Hanna, lalu dia membuangnya jauh dari jangkauan Hanna.

"Mbak Zakiya!!!!"

Zakiya tak menghiraukan, dia lalu menjambak rambut Hanna yang lurus. Hanna mengaduh, karna merasa rambutnya sangat perih saat ini.

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang