Apa Maksudnya Gus?

2.2K 72 1
                                    

Di Musholla umum pondok, para santri putri melaksanakan ngaji kitab yang mana Gus Habsyi sebagai pengajarnya. Setelah hampir satu jam lebih, Gus Habsyi pun menutup pengajiannya.

"Allahu a'lam bisshoab"

Semua santri kembali kepondok. Tinggallah Gus Habsyi dimusholla, tengah mengamati kitabnya. Hanna yang dari tadi menunggu semua santri keluar,  lalu menghampiri Beliau hendak mengembalikan sorbannya.

"Nuwun sewu"

"Iya Hanna? "

"Ngapunten, dalem badhe bangsulaken sorbanipun panjenengan"

"Ooh, gausah wes.. Kamu simpen aja, buat kenang kenangan"

"Tapi gus... "

"Ngga papa, anggep aja kita pernah punya kenangan manis yang tak terlupakan waktu itu"

( Hah? Maksud Gus Habsyi apa ngomong kayak gitu? ) Batin Hanna.

"Maksudnya gus?"

"Hemmm.. Nggapapa.. Kamu ambil aja sorbannya, tolong jangan dikembalikan"

"Iii.. Nggih..  Matur nuwun".

Disisi lain Laila yang berjalan menuju pondok, dicegat oleh Zakiya.

"Eh.. Lel, liat tuh Hanna, dia berdua sama Gus Habsyi, dia berkhianat sama kamu"

Zakiya yang sudah mengetahui kabar pertunangan itu, lalu mencoba mengompori Laila. Laila pun menoleh dan berbalik badan melihat ke arah musholla yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Disitu terlihat Gus Habsyi yang hanya berdua dengan Hanna.

"Muunngg..kin Cuma ada urusan"

Ucap Laila mencoba membuang pikiran buruknya.

"Hah, sadar Laila!! Mereka sekarang berdua loh, kalau memang ada urusan, gak seharusnya mereka ditempat sepi kayak gitu"

"Tapi Hanna nggak mungkin kayak gitu"

Laila mencoba kekeh membela Hanna, walau sebenarnya dia sudah mulai terpengaruh ucapan Zakiya.

"Buktinya? Dia sekarang berdua dengan CALON SUAMIMU"

Zakiya mempertegas kata "calon suami" didepan Laila.

"Tapi Hanna itu sahabatku, dia baik.. Dia gak mungkin kayak gitu!!"

"Kamu pernah denger sahabat nikung ora? Iso ae didepan samean dia itu sahabat,  tapi dibelakangmu Dia penjahat!!"

Laila pun dengan mudah termakan fitnah Zakiya, namun Laila tak lantas melabrak Hanna, dia kembali kekamarnya dengan hati yang terbakar api cemburu.

Setelah dirasa selesai dengan Gus Habsyi, Hanna pamit balik kekamar, dia berjalan menuju pondok sembari terus memikirkan sesuatu.

( Kenangan manis? Kenangan manis apa yang dimaksud Gus Habsyi?.. Ah, kenapa banyak sekali misteri diotakku? Hadiah? Lelaki itu? Dan sekarang, kenangan manis? )

Hanna bergelut dengan pemikirannya sendiri, dia mencoba mengungkap pertanyaannya sendiri. Tapi tak menemukan jawaban apapun.

Sesampainya dikamar, Hanna mendapati Laila tengah berada dipojokan kamar dengan air mata yang terus mengalir. Hanna yang melihat pemandangan tak biasa ini langsung menghampirinya.

"Laila???, kenapa?"

Hening, Laila tak berminat menjawab sama sekali.

"Laila, jawab.. Kok samean nangis?"

Laila tetap saja diam, dengan pandangan lurus kedepan. Akhirnya Hanna pun mencoba menyeka air mata Laila yang terus mengalir, namun dengan cepat  tangan kiri Laila menepis tangan Hanna.

"Hah??? Laila? Kenapa?.. "

Laila masih saja tak berminat menjawab.

"Laila jawab Laila, samean kok koyok ngene see??"

Hanna mencoba menggenggam pundak Laila, dan lagi lagi Laila menepis tangan Hanna, Hanna mengernyit heran dengan perlakuan Laila yang tak biasa ini.

"Laila, aku khawatir nek samean kayak ngene, samean ngga papa kan"

"Gak usah sok baik! "

Ucap Laila lirih, dengan suara yang bergetar. Hanna membelalakkan matanya mendengar penuturan Laila.

"Maksud samean opo toh Lel?"

"Gausah pura pura bodoh?"

"Pura pura bodoh opo maksudnya?"

"Aku gak salah kan, waktu itu, menyangka samean seneng Gus Habsyi? Samean beneran demen Gus Habsyi kan!"

Hanna memang menyukai Beliau, tapi sejauh ini, tidak ada satu pun yang mengetahui itu kecuali Allah dan dia sendiri.

"Laila, dengerin dulu.. Gus Habsyi itu milik samean ndak mungkin aku menyukai kekasih sahabatku sendiri"

Hanna membohongi perasaannya sendiri, dia mencoba meyakinkan Laila agar tak menyakiti perasaannya.

"Terus barusan, ngapain samean sama Gus Habsyi hah?"

"Akuu hanyaa... "

Hanna menghentikan bicaranya, karna jika dia menjelaskan kejadian sebenarnya, maka akan bertambah rumit, pasti Laila akan berpikir, kenapa bisa sorban Gus Habsyi ditangan Hanna? Bisa menimbulkan kesalah fahaman, serba salah bukan?

"Hanya apa?"

Hanna berpikir keras mencari alasan yang tepat untuk meluruskan prasangka Laila.

"Nggak bisa jawab kan? Berarti bener ya, samean itu didepan sahabat, tapi dibelakang penjahat"

"Tapi Lel.. "

"Hallah.. Wes, gak ada yang perlu dijelaskan!"

Laila pergi meninggalkan Hanna yang masih mematung, tak mampu mencerna kejadian barusan.

"Kenapa mulut Laila menjadi setajam itu?"

( Kenapa hidupku serumit ini? )

Hanna terlihat mencari cari sesuatu dirak bukunya, kemudian dia mengambil tiga surat Gus Habsyi yang sengaja dia simpan. Dan membuka salah satu lipatan kertasnya.

( Ya Allah, seandainya aku tak mencintainya, mungkin ketika membaca ini pun, aku tak akan sesakit ini )

Dia mengambil bolpen dirak bukunya, dan menulis sesuatu dibalik kertas berisi tulisan itu.

( Ma'afkan saya gus, saya tak sengaja mencintai njenengan, yang kini milik orang lain, mencintai njenengan yang bahkan tak menaruh rasa sedikitpun terhadapku.

Aku sedang mencoba menghapus rasa kurang ajar ini, tapi siapa yang bisa menghapus rasa secepat itu?

Bahkan manusia tak memiliki kuasa apapun untuk mengatur perasaannya. Allah yang mengatur hati ini untuk mencintai njenengan.

Gus... sekali lagi, saya minta ma'af dengan perasaan kurang ajar karna telah mencintai njenengan )

Tulis Hanna dibalik kertas itu. Lalu dia melipatnya lagi, dan mengembalikan ketempat asalnya.

( Ma'afkan aku Laila).

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang