Cepet sembuh ya, Gus

2K 90 0
                                    

"Pun nggeh, njenengan bubuk riyen"

Gus Zein menggeser posisinya menjadi berbaring kembali. Hingga Gus Zein benar benar tertidur pulas.

  Beberapa menit kemudian, suara adzan berkumandang, Hanna tak tega harus membangunkan suaminya itu.

"Gus, jangan sakit terus yaaa.. Nanti aku setoran ke siapa? Kalo njenengan terusan kayak gini"

Suara Hanna bergetar, dia ingin menangis. Namun tertahan.

Hanna pun memutuskan untuk sholat sendiri. Dan setelah sholat, langsung merebahkan diri disamping Gus Zein, sembari memegang Al Qur'an ditangannya.

Mulut Hanna terus memuroja'ah, sembari memandangi wajah Gus Zein yang amat pucat. Hanna pun mengganti posisinya menjadi miring ke arah Gus Zein, hingga dia makin leluasa memandangi wajah suaminya.

"Gus.. Kapan sembuhnya.. Aku... Aku rindu"

Air matanya jatuh sejurus dengan kata "Rindu" keluar dari mulutnya. Tangan kanan Hanna mengusap pipi kiri Gus Zein yang ditumbuhi brewok tipis, menambah kesan tampan dan tegas pada wajahnya. Hanna terus saja mengelus pipi Gus Zein, Hingga kemudian Hanna ikut tertidur.

*
*
Pukul tiga dini hari, Gus Zein terbangun. Beliau membuka matanya. Sebuah tangan melingkar diatas dadanya, Beliau menoleh kearah Hanna yang tertidur pulas, namun tangan kirinya masih memegang Al Qur'an yang terbuka.

Gus Zein menatap wajah Hanna yang begitu cantik meskipun tak tergores make up sedikit pun.

"Kenapa aku begitu mencintaimu Hanna..  Meskipun aku tau, tidak ada cinta dihatimu untukku.. Tak bisakah memberikan sedikit ruang untukku. Kenapa juga kau begitu perhatian terhadapku? Apa karna aku adalah putra dari gurumu sendiri, sehingga perhatianmu adalah bentuk dari rasa khidmahmu terhadap ummi?"

Cinta Gus Zein terlampau besar terhadap Hanna, namun beliau tak tau harus diapakan cinta yang sudah terlanjur mekar sempurna itu. Yang Beliau pikir, Hanna tidak pernah membalas cintanya.

"Hanna, aku sangat menginginkanmu"

Gus Zein mendekati wajah Hanna, memangkas jarak diantara mereka, Beliau hendak mencium bibir Hanna. Hingga bibir mereka hampir bersentuhan, sangat dekat. Nafas yang keluar saling berhembus halus diwajah mereka.

"Ahh.. Ya Allah"

Gus Zein mengurungkan niatnya, Beliau membuang wajahnya kasar, kepalanya terasa pening. Kemudian Beliau kembali ke posisi telentang seperti awal.

( Ya Allah.. Aku tak boleh egois dengan cintaku sendiri.. Aku tak mau dia melakukan tanpa adanya keikhlasan karna tak ada cinta dihatinya.. Aku tak boleh mementingkan gairahku sendiri.. Ya Allah, ampuni Hamba )

Beliau memijit pelipis yang terasa berdenyut.

"Gus, sampun bangun"

Gus Zein langsung menoleh ke arah Hanna yang sudah membuka matanya.

Hanna pun mencoba menyentuh kening Gus Zein yang sudah terasa lebih reda panasnya.

"Alhamdulillah, sampun mboten panas gus, obat cacing tadi malam emang ampuh banget.. Ehh"

Hanna keceplosan, dia lantas menutup mulutnya, sembari membelalakkan mata.

"Apaaa?"

Gus Zein langsung mengganti posisinya menjadi duduk sembari membelalakkan mata juga. Gus Zein benar benar terkejut.
Mendengar bahwa cacing yang diminumnya tadi malam, perutnya langsung terasa mual.

"Hueekkk"

"Gus... "

Hanna langsung bangun dan memijat tengkuk Gus Zein. Tidak ada yang dimuntahkan dari mulutnya, Beliau hanya mual.

"Kok bisa dikasih cacing toh Han?"

"Bunyai yang bikin gus, tapi itu semua biar njenengan cepet sembuh kok, buktinya sekarang mendingan beneran kan?"

"Udah dikasih kunyit, ditambah cacing lagi.. Hiii.. "

Gus Zein berbidik ngeri membayangkan apa yang telah Beliau telan tadi malam.

"Ngapunten guuus.. Mangkane jangan sakit lagi yaa.. Kulo cemas banget"

Ucap Hanna memelas.

Melihat wajah Hanna yang amat menggemaskan, Gus Zein semakin ingin mencubit pipi gemoy nya.

"Iya sayang.. Eh"

  Gus Zein tak sengaja mengucapkan panggilan romantis itu. Tapi entahlah, itu tak membuat Hanna risih, justru Hanna senyum senyum tak jelas menutupi rasa malunya.
 
"Apa gus?"

Ucap Hanna menggoda.

"Ngga papa"

  Karna sudah kepalang malu dengan ucapannya sendiri, Gus Zein kembali berbaring dan berpura pura tidur.

"Gus..?"

Bukannya bangun, Gus Zein malah sengaja memperkeras dengkurannya, agar terlihat pulas.

Melihat kelakuan Gus Zein, Hanna mengangkat alisnya sebelah.

"Emang ada orang tidur, pulas secepat itu?"

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang