Memancing Gairah

2.3K 79 0
                                    

( Sejak kapan Gus Zein jadi bucin? )

"Hehe, yawees.. Aku ndak ngganggu samean.. Nanti kalo sudah mateng bilang ke aku ya".

Bunyai berlalu meninggalkan mereka berdua didapur.

"Gus, emang njenengan beneran gak bisa jauh dari kulo?"

"Iya.. "

Ucapnya sembari mengepulkan asap rokok dari bibirnya.

"Kok njenengan jadi bucin toh gus?"

"Salah toh kalau bucin sama istri sendiri? Yawes aku bucin ke Zakiya ae"

"Ehh.. Mboten ngoten pisan maksudnya gus"

Hanna memegangi lengan Gus Zein yang hendak bangkit dari duduknya.

Dalam waktu yang bersamaan Gus Habsyi masuk menuju dapur, Hanna yang menyadari kedatangannya langsung mendudukkan Gus Zein dan berpangku diatas paha suaminya itu, sembari mengelus pipi brewok tipisnya.

"Gus.. Njenengan makin tampan loh.. Kulo makin sayang"

Gus Zein hanya menganga tak percaya melihat tingkah manja istrinya saat ini, hingga sentuhan lembut Hanna membuat sesuatu bangkit dibalik sarungnya.

"Gus, kulo bahagia banget loh nikah sama njenengan.. Bahagiaaaa banget.. Pokoknya kulo sayaaang banget"

Hanna menyandar kedada bidang Gus Zein dengan tangan kanan yang mengelus ngelus dada sebelah kiri Gus Zein. Mata Hanna sekali kali melirik kearah Gus Habsyi  yang sudah menghentikan langkahnya karna melihat adegan ini.

Gus Zein yang memang Gairahnya sangat mudah terpancing hanya bisa menikmati setiap sentuhan Hanna, tanpa Beliau sadari bahwa sebenarnya Hanna melakukan ini hanya untuk menunjukkan pada Gus Habsyi, bahwa dirinya saat ini bahagia bersama sang suami.

Gus Habsyi yang sudah terbakar api cemburu langsung putar balik dan kembali kekamarnya.

Karna merasa berhasil, Hanna pun hendak turun dari pangkuan Gus Zein. Namun apesnya, Gairah Gus Zein sudah tersulut, dan Hanna pun terjebak pada permainannya sendiri, dia tak bisa turun. Gus Zein melingkarkan lengannya pada pinggang Hanna, dan menyusuri wajah Hanna.

"Loh Gus.. Kan tadi malem udah 3 ronde.. Mau nambah lagi kah?"

Ucap Hanna ketakukan.

"Kamu yang mancing aku Hanna"

"Tapi.. Ennn.. Gus.. Ikannya gosong kadose"

Gus Zein pun menoleh kearah penggorengan ikan yang sudah mengepul.

Hanna lantas melepaskan diri dari Gus Zein dan memeriksa ikannya yang sudah berubah jadi setengah hitam.

"Ckk.. "

Gus Zein mendecak kesal karna gagal menyalurkan hasratnya yang sudah hampir memuncak.

"Henn.. Guss.. Gosong kaaan"

Hanna prihatin melihat nasib ikan asin goreng yang sudah tak jelas warnanya itu,  mulutnya manyun, dan alis bagian tengahnya naik, tanda dia merasa sedih.

Merasa tak tega, Gus Zein mencoba membujuk istrinya yang terlihat memelas itu.

"Iya iya.. Nanti beli lagi"

"Sekarang gus"

"Masih subuh Hanna"

"Terus nek nunggu siangan, Bunyai maemnya gimana?"

"Emang ada Bakul Sayur sepagi ini?"

"Kepasar Gus"

Gus Zein mendelik mendengar pernyataan Hanna.

*
*
"Ning, teronge ning.. Sek seger"

Hanna dan Gus Zein menyusuri pasar dikota setempat. Hanna yang sangat antusias berbelanja ditempat ramai ini, tapi tidak dengan Gus Zein, tipe manusia seperti beliau begitu benci keramaian, lebih lebih berdesakan seperti sekarang ini. Belum lagi belanjaan yang sudah dapat dua plastik merah besar yang ditenteng kedua tangan Gus Zein.

"Hanna, kamu nggak capek?"

"Loh, guss.. Ada pete.."

Ucap Hanna, matanya berbinar ketika melihat beberapa petai tergantung disalah satu bakul sayur.

Hanna lantas menghampiri bakul tersebut dan membeli pete itu.

"Wes toh Hanna?"

"Sampun gus.. Monggo wangsul"

Dengan santai Hanna berjalan menuju parkiran, dia lupa dengan banyaknya belanja yang ditenteng Gus Zein.

"Loh Gus.. Hehe.. Lupa.. Ma'af yaaa"

Hanna menahan senyum ketika melihat suaminya membawa semua barang belanjaannya sendirian, dengan wajah yang super bete dengan lingkungan seramai ini.

"Sini gus"

Keduanya pun memasukkan barang belanjaannya kedalam mobil milik abah yai itu dan langsung beranjak pulang.

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang