Ngidam

2K 67 1
                                    

Hanna kira akan sangat berselera setelah melihat petai, nyatanya tidak, dia tak seberselera seperti ketika dia melihat diberanda instagramnya.

Setelah memakannya pun, Hanna tak merasa puas sama sekali. Ekspresinya pun mampu dibaca oleh Gus Zein.

"Kenapa Hanna?.."

"Emmm.. "

Hanna tak enak harus mengutarakan ini didepan bunyai, masakannya enak, tapi jujur saja, Hanna tak bisa menikmatinya. Keinginannya seakan tidak tuntas.

"Gus.. "

"Iya sayang?"

Hanna mendekatkan bibirnya ketelinga Gus Zein, kemudian membisikkan sesuatu.

Gus Zein pun membelalak mendengar ucapan Hanna.

"Harus aku?"

Hanna hanya mengangguk mendengar pertanyaan Gus Zein.

"Tapi kan aku ndak suka petai Hanna, masak iya aku harus memasaknya?

"Ada apa toh Zein?"

Ucap bunyai yang dari tadi hanya diam.

"Hanna pingin aku yang masakin petainya"

Bunyai langsung tersenyum kearah Hanna.

"Oohh.. Kamu ngidam toh Hanna, kenapa gak bilang dari tadi kalau pingin masakan suaminya?"

Hanna tak menjawab, dia menunduk malu karna keinginan yang terkesan aneh itu.

"Zein, wajar kalau orang hamil kayak gitu, itu ngidam namanya. Hanna masih mending, kalau ummi dulu pas lagi hamil kamu, pingin makan ikan pindang hasil mancing abah sendiri, makanya samean suka ikan pindang"

"Kok bisa toh orang hamil aneh aneh kepinginnya"

"Wes turutono toh Zein"

"Masalahnya aku ndak suka petai mik"

Hanna berkaca kaca mendengar penuturan Gus Zein yang terkesan menolak permintaan Hanna itu.

Gus Zein pun menjadi tak tega menyaksikan istrinya seperti itu.

"Ah.. Baiklah, aku masakin"

Mata Hanna langsung berbinar dengan bibir yang tersenyum lebar.

Gus Zein langsung mengambil sebuah kain, kemudian menutupkan kain itu kehidungnya dan mengikatnya kebelakang kepala.

Beliau mengupas satu persatu petai dengan hidung tertutup dan memotongnya kecil kecil seperti yang dilakukan bunyai tadi.

"Ya Allah.. Kuat kuat.. Demi istriku tercinta"

Ucapnya ditengah aktivitas memotongnya.

Setelah dirasa cukup dengan petai, beliau mengambil bumbu secara random, kemudian menggorengnya dan mencampurkan petai itu.

"Entah bagaimana rasanya nanti.. "

Hanna yang dari tadi duduk disofa, langsung bangkit mencium aroma masakan Gus Zein didapur. Dia langsung menghampiri sumber bau tersebut.

"Gus.. Ecoh sanget baunya.. Kulo laper"

Setelah siap, Gus Zein pun menaruhnya dimeja makan dan melepas kain penutup hidungnya itu.

"Bentar, biar ummi dulu yang nyobain"

Bunyai mengambil satu biji petai, dan mencicipinya.

"Byuuh.. Zein.. Ini dikasih bumbu apa toh, rasanya kok ngalor ngidul"

"Nggak tau ummik.. "

"Mboten nopoo ummik, kulo pun laper sanget"

Ucap Hanna, kemudian mengambil nasi dan pette itu, lalu memakannya dengan lahap.

Bunyai dan Gus Zein pun begitu heran dengan cara makan Hanna yang terlihat begitu lahap dengan masakan yang alakadarnya.

"Enak kah Hanna?"

"Eco sanget ummi"

Bunyai tersenyum melihat adegan konyol menantunya saat ini.

"Tuh kan ummi, Hanna loh suka masakanku"

"Iya iya Zein.. Iyaa.. Umi ngalah. Masakanmu enaaaak banget"

Ucap bunyai berbohong.

"Udah sayang?.. "

"Sampun gus"

Hanna menunjukkan piring yang tak menyisakan sebutir nasi pun.

Gus Zein pun mengambil posisi jongkok, lalu mengusap perut Hanna yang sudah agak membuncit.

"Nak, besok jangan suka pete kayak ummi ya, nak"

Hanna mengernyit heran dengan pernyataan Gus Zein yang tengah mencoba berbicara dengan calon anaknya itu.

"Emang kenapa abi?"

Jawab Hanna dengan suara yang dikecil kecilkan. Gus Zein pun menahan senyum mendengar suara menggemaskan istrinya itu.

"Soalnya abi gak tahan baunya nak, emang kamu tega melihat abi tutup hidung gara gara satu keluarga suka pete? Gak boleh ya nak"

"Tapi pette enak abiiii.. "

Gus Zein langsung bangkit dari jongkoknya, kemudian mencubit hidung Hanna.

"Pokoknya nggak enak sayaaaaang".

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang