Lahiran

2.1K 63 0
                                    

"Sedikit lagi mbak.. Udah keliatan"

Ucap seorang dokter yang membantu lahiran Hanna.

Hanna menarik nafasnya panjang, kemudian mengejan dengan kuat demi anak yang hendak ia keluarkan dari perutnya.

Didekatnya ada Gus Zein yang tangan kanannya menggenggam jari Hanna, seakan ikut memberi kekuatan padanya, dan tangan kirinya mengelus kepala Hanna.

"Uuuhh.. Sakit gus.. "

"Sabar Hanna, sebentar lagi keluar.. "

( Ya Allah, berikan padaku saja sakitnya.. Aku tak tega istriku seperti ini )

"Gus.. Sakiiit sangettt.. "

Hanna semakin mengejan sekuat tenaga, hingga kemudian...

"Oeeeekkk"

Sang dokter pun mengangkat bayinya dari bawah Hanna.

"Alhamdulillah, bayinya tampan kayak ayahnya.."

"Alhamdulillah sayang, anak kita sudah keluar"

Hanna yang sudah kehabisan banyak tenaga tak banyak merespon ucapan Gus Zein, dia hanya melirik sekilas kemudian pingsan.

"Hanna, Hanna bangun sayang.. Dokter, istri saya dok.. "

Gus Zein begitu panik melihat kondisi Hanna saat ini.

"Tenang mas, dia hanya kelelahan.. Sebentar lagi dia akan siuman"

Setelah membersihkan bayi itu, dokter menaruhnya disamping Hanna dan mengajak Gus Zein untuk mengobrol sebentar.

Dokter membawa Gus Zein untuk berbincang diruangannya.

"Mas, kelahiran anak Anda mungkin membawa kabar gembira hari ini, tapi tidak untuk beberapa hari ke depan"

"Maksudnya dok?"

"Anak anda memang terlihat normal secara dzohir, tapi sebenarnya.. "

Dokter tak tega harus melanjutkan ucapannya.

"Kenapa dok?"

Ucap Gus Zein dengan ekspresi yang tak bisa diartikan, Gus Zein khawatir sesuatu yang besar akan terjadi pada anaknya.

"Anak anda menderita gagal Hati"

"Apa???"

Gus Zein benar benar terkejut mendengar kabar ini.

"Iya mas, dan kemungkinan anak Anda tidak bisa bertahan hingga tiga bulan kedepan"

Gus Zein memejamkan mata tak mampu mencerna kabar buruk ini.

"Lalu bagaimana cara mengobatinya dok?"

"Sampai saat ini belum ada obat yang cocok untuk penyakit ini, tapi jika Anda ingin anak Anda bertahan hidup, kami akan melakukan transplantasi hati, itu pun jika ada pendonor"

"Lakukan dok, jika itu yang terbaik untuk anak saya. Dan tolong dok, jangan bilang kabar buruk ini kepada keluarga saya.. Termasuk istri saya"

"Baiklah jika itu yang Anda mau"

Gus Zein pun kembali ke kamar pasien dengan hati yang benar benar kacau, namun sekuat tenaga beliau menutupinya didepan Hanna.

"Hanna, wes tangi toh?"

Ucapnya kala melihat Hanna sudah sadar dengan bayi yang tengah digendongnya.

"Enggeh.. Gus.. Anak kita lucu banget loh,. Duh seneng banget.. Nak.. Itu abi udah datang"

Gus Zein pun mendekati Hanna yang tengah bergurau ria dengan putranya.

( Ya Allah, selamatkan anak hamba ya Allah, Hamba tak ingin kebahagiaan Hanna kembali direnggut.. Hamba tak tega Ya Allah )

Setitik air jatuh dari mata Gus Zein.

"Gus, kok nangis toh?"

"Ngga papa Hanna, aku hanya terharu.. Melihat anak kita lahir dengan... Sehat"

Hanna pun tersenyum, terlihat dari wajahnya dia begitu bahagia dengan kelahiran anaknya itu.

( Aku tak ingin kau tau Hanna, penyakit anak kita.. Cukup aku yang merasakan sakitnya.. Kamuu.. Jangan lagi.. Aku tak ingin melihat kau rapuh lagi Hanna )

"Gus, dikasih nama siapa anak kita?"

"Ammar Rojulus Syadid"

"Kenapa gus?"

"Agar dia jadi laki laki yang kuat sayang"

Hanna tersenyum, kemudian menatap anaknya kembali.

"Ammar, nanti abi sama ummi mau ngajak Ammar umroh.. Mau ikut gak? Hehe.. Mau lah ummiiii.. Gimana siiih"

Gus Zein benar benar tak tega menyaksikan kedua orang yang beliau cintai ini, beliaupun lantas keluar kemudian duduk dikursi tunggu.

"Ya Allah, hamba mohon.. Selamatkan anak Hamba ya Allah.. Hamba harap dokter bisa menemukan pendonornya".

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang