Sebuah mobil Alphard terparkir dihalaman rumah Gus Zein, dimana Bunyai, abahyai, Gus Habsyi dan Laila keluar dari mobil itu dengan membawa beberapa kado dan kue, karna taukah kalian? hari ini adalah hari ulang tahunnya Gus Zein.
"Kok sepi toh?"
Ucap bunyai menelusuri rumah besar itu.
"Yawes, kalian diruang tamu dulu yaa.. Nanti kita kasih surprise untuk Zein dan Hanna, aku tak nyusul kekamarnya.. Kayaknya mereka masih tidur"
"Kayaknya Hanna gak biasa tidur pagi ummik"
Ucap Laila yang memang sangat tau bagaimana sifatnya Hanna.
"Yaa.. Be e ndukk.. Soalnya sepi banget, biasanya pagi pagi wes masak kok"
"Hemm.. Enggeh mik"
Bunyai menaiki anak tangga dan bergegas menuju kamar Gus Zein.
Namun alangkah terkejutnya bunyai ketika melihat kamar sudah sangat berantakan, mirip seperti gudang.
Dan Gus Zein tertidur diatas ranjang dengan penampilan yang sangat kacau, kopyahnya sudah tak jelas tempatnya.
Dan anehnya bunyai tak menemukan keberadaan Hanna disana.
"Zein.."
Bunyai membangunkan Gus Zein dengan suara yang begitu lirih.
"Hannaa!!"
Gus Zein terjingkat, mengira bunyai adalah Hanna.
"Zein.. Kemana Hanna.. Dan kenapa kamarnya berantakan sekali?"
Gus Zein memijit pelipisnya, tak tau harus bilang apa kepada bunyai.
"Hanna.. Belum kembali ummi"
"Apa? Kemana dia? Apa ini masih ada hubungannya dengan kepergiannya yang kamu bilang kemarin?"
Gus Zein mengangguk lemas.
"Kenapa bisa begitu Zein?"
"Aku.. Tak sengaja mengusirnya"
"Apa??"
Bunyai langsung berdiri, ekspresinya benar benar memendam rasa murka.
"Kenapa Zein? Hanna salah apa sampai kau tega mengusirnya"
"Hanna tak bersalah ummik.. Aku yang salah faham"
"Lalu?"
Gus Zein menceritakan runtutan ceritanya secara detail sampai ketika Beliau selesai bercerita, satu tamparan mendarat ke pipinya.
"Kenapa kau bodoh sekali nak!!, aku menyerahkannya padamu agar kau bisa menjaganya.. Bukan malah membuatnya semakin terpuruk seperti ini!!"
"Iya ummik, iya.. Aku memang bodoh.. Bodoh sekali"
"Sadarkah kamu nak, secara tidak langsung kau bukan suaminya lagi!!"
Gus Zein langsung mendongak kearah bunyai.
"Tapi kulo mboten menjatuhkan talak umik"
"Kau lupa? Itu talak Kinayah nak!!"
Gus Zein tercengang, mencoba Mencerna kata kata bunyai yang tidak salah sama sekali.
"Tapi ummi.. Akh.... "
Gus Zein mengacak acak rambutnya yang memang sudah tak beraturan.
"Jangan datangi aku kalau kau belum menemukan Hanna Zein!!"
Setelah mengucapkan itu, bunyai langsung keluar dari kamarnya dan pergi tanpa menghiraukan Gus Zein.
Karna tak dapat dipungkiri, bunyai begitu menyayangi Hanna, beliau sudah menganggap Hanna sebagai anak kandung sendiri.
"Ayo pulang!"
Ucap bunyai kepada keluarganya dengan raut wajah yang amat kesal.
"Loh.. Ummik, kapan kasih kadonya"
Protes Gus Habsyi ketika melihat bunyai keluar.
"Ga usah, kita pulang!!"
Gus Habsyi hanya mengernyit heran dengan perubahan sikap umminya itu.
Melihat umminya sudah tak peduli pertanyaan apapun lagi, semua orang mengikuti bunyai tanpa minta penjelasan apapun.
Tapi tidak dengan Gus Habsyi.
"Sayang, kamu pulang sama ummi dulu ya"
"Kenapa mas?"
"Aku mau disini dulu sebentar.."
"Enggeh mas"
Laila mengikuti ummi untuk pulang, sedangkan Gus Habsyi kelantai atas untuk menghampiri Gus Zein dikamarnya.
"Mas, ada apa ini? Apa Hanna belum kembali?"
"Itulah dek, aku tak tau Hanna dimana sekarang.. "
"Kenapa Hanna bisa menghilang mas?"
"Aku mengusirnya"
"Apa?? Kenapa mas"
"Akibat kejadian kemarin Habsyi, entahlah.. Aku mengusirnya begitu saja.. Bahkan.. Aku mengatakan tubuhnya menjijikkan.. Dan.... Jalang"
Gus Habsyi mengernyit heran dengan perilaku gegabah yang dilakukan Gus Zein, setitik kemarahan muncul dihatinya. Jika beliau diposisi Hanna saat ini, mungkin dirinya juga akan merasa sangat sakit hati.
Gus Habsyi yang kalap pun langsung meninju pipi Gus Zein.
"Akh.. Apa apaan kamu hah!!!"
"Bagaimana kau bisa menyianyiakan orang sebaik Hanna mas, dia bahkan tak pernah tersentuh, dia sangat menjaga harga dirinya.. Dan kau.. "
Gus Habsyi menunjuk wajah Gus Zein seakan Gus Zein bukanlah kakaknya.
"Kau menganggapnya seakan dia perempuan murahan yang menjajahkan tubuhnya"
"Tutup mulutmu Habsyi!!"
"Jaga mulutmu mas!! Kau tak pantas mendapatkan perempuan sebaik Hanna!!"
"Kenapa kau semarah ini.. Dia hanya kakak iparmu Habsyi"
Gus Zein berusaha menyadarkan Gus Habsyi yang begitu gigih membela Hanna.
"Karna aku mencintainya mas..!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TANDA CINTA BUNYAI
Short StoryKisah ini menceritakan tentang kisah seorang santri bernama Hanna yang mengagumi Gusnya. Namun apalah daya, kekaguman, bahkan rasa cintanya terpaksa harus dibuang jauh jauh ketika tahu jika ternyata Gusnya diam diam menyukai Sahabat karib Hanna sen...