Menuntaskan Hasrat

2.5K 98 0
                                    

Gus Zein masuk kerumah besar milik bunyai, diikuti Hanna dibelakangnya.

Gus Habsyi yang tengah duduk disofa memerhatikan wajah Hanna yang terlihat sembab, seperti baru menangis.

( Ada apa dengannya? )

"Gus, kulo teng dapur dulu ya"

Gus Zein mengangguk lalu beranjak ke ruang atas.

Hanna kedapur hendak membuatkan minuman hangat untuk Gus Zein.

"Hanna, kau kenapa?"

Hanna menoleh, disitu sudah ada Gus Habsyi yang tengah mengajaknya Bicara.

"Kenapa?"

"Seperti baru saja menangis"

"Tak apa"

"Jujurlah Hanna"

"Apa peduli njenengan terhadap saya"

"Apa mas Zein menyakitimu?"

"Tidak.. "

"Jangan berbohong Hanna, katakan padaku. Aku mencintaimu, wajar jika aku mengkhawatirkan keadaanmu"

"Aku bahagia bersama Beliau, bagaimana mungkin Gus Zein menyakitiku?"

"Ta..."

"Mas.. "

Laila tiba tiba menghampiri Gus Habsyi yang sedang berdua dengan Hanna.

"Ada apa sayang?"

Gus Habsyi mengelus kepala Laila yang tertutup kerudung.

"Siyos teng Mojokerto kan, kulo sampun siap"

"Tentu sayang.. Kita berangkat sekarang"

"Han, aku keluar disek yaaa.. Ma'af tak tinggal"

"Iya Lel"

Laila memeluk Hanna, lalu pergi bersama Gus Habsyi, meninggalkan Hanna yang mematung, merasa aneh dengan sosok Gus Habsyi. Bukan cemburu, tapi dia merasa Gus Habsyi menjadi orang lain dalam satu waktu.

Didepan Hanna Beliau mengaku mencintai Hanna, tapi ketika ada Laila, Beliau seakan sangat mencintai Laila. Pria macam apa adik iparnya ini.

"Gus.. Niki wedangnya Gus.. Kresane mboten kedinginan"

Hanna menghampiri Gus Zein yang sedang sibuk dengan gawainya, tengah duduk disamping ranjang.

"Iya Hanna.. "

"Masih dingin Gus?"

"Wes gak seberapa Hanna"

"Diminum nggeh gus, kulo tak mandi dulu".

*
*
Setelah isya', bunyai terlihat sedang memilah beberapa botol jamu dengan berbagai macam Khasiat perbotolnya.

"Nopo niki umik?"

"Jamu nak"

"Damel sinten umik?"

Bunyai menuang salah satu jamu dengan warna kuning pekat kedalam gelas berukuran besar.

"Buat keluarga, ini buat samean"

Bunyai menyerahkan segelas jamu yang tadi dituang dari salah satu botol.

"Lah Mik, ummik kan tau kulo mboten remen  jamu"

"Wajib jamu nak, biar nanti kamu kuat"

"Kuat nopo mik?"

Bunyai mendekatkan bibirnya ketelinga Gus Zein.

"Bikin cucu Zein", Bisik bunyai terhadap Gus Zein

"Hah??"

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang