"Nduk"
"Inggih bude.. "
"Yuk ikut bude pengajian"
"Kulo iddah bude"
"Hah? Kamu sudah talak kah nak?"
"Memang Gus Zein tak menjatuhkan kata talak bude, tapi Beliau telah mengusirku, jadi Beliau termasuk menalakku secara isyarat bukan?"
Bibi Khodijah mengangguk membenarkan perkataan Hanna.
"Kamu yang kuat yo nduk, hidup ini pancen ngene.. Tapi gak seharusnya kamu terus menganggap hidupmu dipenuhi ujian bukan?"
"Tapi nyatanya begitu budde.. "
"Itu karna kamu lupa untuk bersyukur, kamu lupa jika nikmat Yang Allah berikan berkali kali lipat lebih banyak dari pada ujiannya"
"Nikmat yang mana bude?"
"Kamu bisa makan, kamu bisa melihat, kamu bisa bernafas, mendapatkan ilmu, menghafal Al Qur'an, jangan lupa nak.. Itu nikmat, yang bahkan ada sebagian orang yang tak bisa merasakannya"
Hanna menatap nanar ke arah bibi Khodijah, kemudian memeluk satu satunya saudara umminya yang masih hidup itu.
"Matur nuwun bude, hanya bude yang saat ini Hanna punya"
"Hanna punya Allah nak, bersandarlah kepadanya.. Dia tak akan menguji hambanya melebihi kemampuannya"
"Matur nuwun budde".
*
*
Suara adzan subuh berkumandang, Gus Zein langsung terperanjat dari tidurnya."Ya Allah, Hanna sudah subuh, kenapa tidak.. "
Beliau menoleh kearah sampingnya yang kosong, Beliau lupa jika Hanna tiada disampingnya.
Biasanya Hanna yang akan membangunkan Gus Zein untuk tahajjud, tapi sekarang? Bahkan Gus Zein bangun kesiangan karna tak ada alarm berhati malaikat itu.
"Ya Allah.. "
Gus Zein mengusap wajahnya kasar.
Kemudian beralih kekamar mandi. Untuk berwudhu', setelah itu menggelar sajadah.
Beliau dengan hikmat takbir, lalu membaca Alfatehah dengan suara yang lantang.Beliau yang sudah terbiasa menjadi imam Hanna, saat ini lupa jika Beliau tidak sedang bermakmum.
"Waladdhoolliiin"
Hening, tidak ada yang meng-Aminkan bacaan Fatihahnya.
Hingga beliau pun sadar jika tidak ada Hanna, dibelakangnya. Beliaupun melanjutkan bacaan surah pendek dengan suara yang sirri, dengan air mata yang tiba tiba mengalir begitu saja.
Gus Zein sangat menyesal. Menyesal karna telah mengusir Hanna yang tak bersalah, dan menyesal karna tak pernah bisa mengendalikan emosinya.
"Assalamu'alaikum warohmatulloh"
Tangannya menengadah.
"Dimana istri hamba Ya Allah.. Hamba benar benar resah, hamba salah besar.. Untuk kedua kalinya aku menyakitinya tanpa tau kesalahan sebenarnya..
Dan semua ini, disebabkan oleh egoku sendiri..
Ya Allah.. Ma'afkan hamba"Setelah selesai dengan kewajiban dua rokaatnya, Beliau menuju dapur, Ingin meminum wedang anget seperti yang Hanna buatkan ketika subuh seperti ini.
Apesnya Gus Zein tak bisa membuatnya, jikapun Beliau membuatnya sendiri, tak mungkin seenak buatan Hanna.
Gus Zein pun terduduk dikursi yang berada didapur dan memijit pelipisnya.
"Ya Allah.. Kenapa aku begitu bodoh?"
Tak henti hentinya Beliau mengutuk dirinya sendiri, meratapi hidupnya yang bak anak kehilanganan induknya.
"Inikah yang kamu rasakan Hanna? Ketika kamu meratapi sakitmu sendiri, dan kau tak punya siapa Siapa untuk di jadikan tempat mencurahkan seluruh rasa dihatimu?"
"Ma'afkan aku Hanna, ma'af.. "
Beliau kemudian membuka kulkas, hendak meminum air dingin seadanya, namun pandangannya terfokus pada sebuah kue yang berada di bagian tengah.
Gus Zein mengambilnya, dan betapa terkejutnya Beliau ketika kue yang diambil bertuliskan ucapan ulang tahun terhadapnya.
( Selamat ulang tahun, sayang
7 Juli 2019 )"Ya Allah, bahkan aku lupa dengan hari lahirku sendiri"
Beliau mengembalikan kue itu kedalam kulkas, dan kembali kekamarnya..
Ketika melihat Al Qur'an Hanna yang tergeletak begitu saja diatas nakas, Beliau hendak mengembalikannya ke laci. Dan lagi lagi Beliau menemukan sesuatu milik Hanna.
Buku diary berwarna coklat dibukanya, menampilkan coretan coretan kecil milik Hanna. Gus Zein membuka lembar yang terakhir kali ditulis oleh Hanna.
( Gus, terima kasih.. Keberadaanmu benar benar membuatku bahagia, membuatku merasa nyaman..
14 tahun aku merasa sendiri, tak ada yang menyayangiku setulus orang tuaku..
Dan kau datang bak malaikat yang membawakan perahu untuk hati yang terombang ambing ditengah lautan..
Kau menjadi pengganti orang tuaku yang telah tiada..Bahkan.. Kau berhasil menghapus rasa yang pernah aku lontarkan pada adikmu..
Kau berhasil membuktikan bahwa cintaku bisa berubah Gus..Gus, Kulo sayang njenengan..
Zein Alawy Al Habsyi
Hannah Qutrotunnada.03 Juli 2019 )
Gus Zein melemparkan diary itu ke atas ranjang, lalu mengusap kasar wajahnya yang sudah sangat kacau itu.
Tangannya mengambil barang apapun yang ada didepannya, lalu melemparnya sembarang,
Bahkan sprei dan bantal yang ada diatas ranjang sudah tak terbentuk, semua berantakan.
Dirinya benar benar mengamuk, mengutuk dirinya sendiri, bodoh.. Bodoh.. Kenapa bisa Beliau menyianyiakan wanita sebaik Hanna?
"Akhhhh.. Kemana kau Hanna!!!"
Kacau, sangat kacau.. Itulah yang dirasakannya saat ini.
Beliau meremas rambutnya sendiri, kemudian merobohkan bobotnya diatas ranjang.
"Ma'af Hanna.. Ma'aff.. Karna aku.. Kau merasa dunia tak pernah adil untukmu.. Ma'af"..
KAMU SEDANG MEMBACA
TANDA CINTA BUNYAI
Short StoryKisah ini menceritakan tentang kisah seorang santri bernama Hanna yang mengagumi Gusnya. Namun apalah daya, kekaguman, bahkan rasa cintanya terpaksa harus dibuang jauh jauh ketika tahu jika ternyata Gusnya diam diam menyukai Sahabat karib Hanna sen...