Resah

1.8K 76 0
                                    

Suara adzan subuh menggema, membangunkan setiap insan yang hendak melaksanakan salah satu kewajibannya.

Hanna membuka mata yang terasa panas karna tidur terlalu malam.

"Gus.. "

Hanna hendak membangunkan Gus Zein dengan memegang lengan kekar yang hanya memakai kaos.

"Astaughfirulloh, gus!! Panas sanget"

Hanna memeriksa kening Gus Zein yang terasa begitu panas.

"Ya Allah, njenengan demam gus"

Hanna menyelimuti Gus Zein, lalu hendak ke dapur untuk membuatkannya minuman hangat.

"Hanna"

"Dalem gus, kok bangun toh gus, kresane bubuk dulu tak bikinin wedang"

"Kamu udah sholat?"

"Dereng gus"

Gus Zein mencoba bangkit dengan kaki yang bergetar.

"Gus, mau kemana?, njenengan lagi sakit"

Gus Zein tidak menghiraukan larangan Hanna, Beliau terus saja berjalan sempoyongan. Hanna tak tega melihatnya, dan akhirnya harus menggandeng Gus Zein menuju kamar mandi.

Seperti biasa, Gus Zein aku menunggu Hanna untuk sholat berjama'ah. Beliau memijat pelipisnya yang terasa sangat berat.

"Monggo gus"

Dengan kaki yang gemetar Gus Zein memimpin sholat jama'ah ini. Beliau melantunkan surah Al fatihah dengan suara bindeng khas orang sakit.

Setelah selesai, Gus Zein langsung berdoa tanpa berdzikir, lalu naik keatas ranjang dan berbaring disana, kepalanya benar benar sakit, tubuhnya tak kuat duduk lama.

Hanna pun turut menuju ranjang. Dia melepas kopyah yang tadi dipakai oleh Beliau, kemudian meluruskan kaki Gus Zein dan menutup tubuhnya dengan selimut.

"Gus, harusnya njenengan menunggu hujan berhenti tadi malam, biar gak kayak gini jadinya"

Gus Zein tidak menjawab, Beliau hanya memijat pelipisnya yang terasa sangat sakit.

Hanna benar benar cemas memikirkan suaminya saat ini, tubuh Gus Zein begitu panas, hujan dan angin malam membuat Beliau seperti sekarang ini.

"Gus, jangan sakit toh.. Aku risau banget"

Ucap hanna sembari memijit kaki Gus Zein.

"Aku bikinin teh ya?"

Meskipun tak mendapat jawaban apapun, Hanna tetap melepaskan mukenahnya, lalu beranjak ke dapur untuk membuat teh hangat.

"Ya Allah, saya kepikiran banget kalau Gus Zein sakit, dospundi niki"

Ucapnya sembari mengaduk teh yang ada digelas berukuran sedang. Kemudian dia memasukkan daun jeruk purut kedalamnya.

Setelah selesai, dia beranjak setengah berlari menuju kamarnya.

"Gus, minum teh dulu nggeh"

Hanna membantu Gus Zein untuk sekedar duduk, dan menyandar didinding ranjang. Kemudian Hanna meminumkan teh itu dengan sangat hati hati ke mulut Gus Zein.

Hanna kembali mengecek suhu tubuh Gus Zein yang masih sangat panas.

"Hemm.. Gus, setelah ini jangan pulang hujan hujan lagi ngge"

Matahari terlihat telah terbit diufuk timur, cahayanya menembus dari celah celah gorden berwarna coklat emas bermotif bunga itu.

Sebenarnya saat ini sudah waktunya Hanna berkutat didapur, cucian, dan sebagainya. Namun melihat kondisi suaminya seperti ini, dia merasa tak tega untuk meninggalkannya.

"Hmm.. Gus, nek njenengan sakit, nanti yang nemenin aku didapur siapa? Yang ngajar para santri siapa? Yang nyimakin aku siapa?"

Tidak ada jawaban sama sekali, Gus Zein memejamkan mata dengan bibir yang terus meringis menahan sakit.

"Yawes.. Kulo tak masak dulu nggeh gus"

Walau berat hati, Hanna tetap harus melaksanakan pekerjaannya sebagai istri. Dia tak mungkin menyuruh santri putra untuk masak, karna memang Hanna tak pernah berinteraksi dengan santrinya sekalipun.

Dia melakukan semua pekerjaan rumah dengan perasaan yang sangat gundah, fikirannya tak bisa lepas dari Gus Zein.

Setelah dirasa selesai, Hanna mengambilkan makan untuk Gus Zein yang tengah terbaring lemah diatas ranjang.

"Gus.. Maem dulu nggeh"

Hanna kembali mendudukkan Gus Zein yang sangat lemah, Kemudian menyuapinya. Satu dua suapan bisa ditelan, namun pada suapan ketiga...

"Hueeek"

Gus Zein memuntahkan isi perutnya dilantai.

"Ya Allah, Gus"

Dengan sigap Hanna memijat tengkuk Gus Zein yang terasa begitu panas. Kemudian dia mengambilkan air putih dan diberikan terhadap Gus Zein.

Hanna hendak menyuapkan satu sendok lagi, namun Gus Zein menggelengkan kepala.

"Njenengan gak maem loh gus"

Gus Zein menggeser posisinya menjadi berbaring. Beliau tak berminat makan sama sekali.

Hanna pun menyerah, dia tak ingin memaksa suaminya ini. Dengan perasaan yang sangat gusar, Hanna menarik selimut untuk Gus Zein. Lalu membersihkan ceceran muntahan Gus Zein dilantai.

Dia kemudian beralih kekamar mandi bawah, untuk mencuci baju Gus Zein yang tadi malam basah karena air hujan.

Ketika sedang mengucek pakaian, tak terasa air matanya jatuh begitu saja. Hatinya sangat risau memikirkan Gus Zein.

"Gus.. Baru tadi malam aku memuji sikap njenengan, karna sudah mulai menghangat.. Malah sekarang bukan dingin lagi, tapi tak berbicara sama sekali"

Hanna berbicara sendiri saking risaunya. Dia berharap setelah mencuci baju, dan kembali kekamar, kondisi Gus Zein akan jauh lebih baik.

Setelah pekerjaan mencucinya telah selesai, dia bergegas kekamar lagi, hanya untuk melihat kondisi suaminya.

"Hmm.. Malah tambah panas"

Ucapnya kecewa, karna prasangkanya salah, kondisi Gus Zein bukannya lebih baik, malah bertambah buruk.

TANDA CINTA BUNYAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang