Arya sudah tidak terhitung berapa kali menghela napas sembari bolak-balik di koridor depan ruangan sang istri yang sedang diperiksa. Sudah setengah jam tapi yang di dalam ruangan masih belum ada yang memberinya info.
To: Mama bawel
Ma, Zayra masuk rumah sakit
From: Mama bawel
Astaghfirullah, kenapa menantu mama?
Arya tidak membalas pertanyaan sang mama. Ia pasti habis di tangan mama jika mengatakan yang sesungguhnya. Tapi tak apa, itu resikonya. Ia akan menerima apapun hukuman asal perempuan yang di dalam ruangan baik-baik saja. Namun ia memilih bercerita pada mama jika sudah bertemu langsung saja.
Kakinya sudah lemas tak karuan. Memorinya berputar pada beberapa hari yang lalu ketika keduanya melakukan pemotretan after wedding. Tiada yang bisa mengalahkan rupa cantik Zayra kala itu. Ia lupa memujinya saat itu. Benar, seharusnya ia paham jika Zayra selalu terbuai akan gombalan yang dilayangkannya. Ia sering melihat rona merah di wajah perempuan itu ketika tengah digombalinya. Tapi kenapa sekedar memuji saja ia tak mampu?
Ketidakpekaan dirinya justru menjadi bom waktu yang menghancurkan. Bagaimana jika Zayra sadar nanti, lalu mengajaknya berpisah. Sama sekali tidak ia bayangkan jika pernikahan yang hampir satu tahun dijalani ini akan berujung pada kata perpisahan.
Ia akui cinta pada perempuan itu tumbuh belum lama ini. Ia kira tanpa ia harus mengungkapkan untaian kata cinta itu pada Zayra bukanlah sebuah masalah. Namun lagi-lagi dirinya salah, perempuan dalam status apapun, selalu ingin dalam bentuk ungkapan yang jelas.
From: Pak Kardi
Mas, yang mau beli sudah deal
Minta nomor rekening Mas Arya nih orangnya, katanya mau bayar DP dulu
To: Pak Kardi
Kasih nomor rekening Pak Kardi aja, nanti tolong uang DP beliau jadikan untuk bayar sisa biaya rumah yang baru
Oh ya, Pak. Arya minta tolong carikan orang untuk bersihkan dan rapikan rumah yang baru, biar saat Arya pulang nanti bisa langsung ditempati.
From: Pak Kardi
Oke, Mas.
Nanti saya carikan
Urusan rumah baru ini sudah ia pikirkan saat malam dimana Zayra tidak tidur dengannya. Ia sudah mencari area perumahan yang masih terdapat hunian kosong, namun tetap masuk dalam kategori rumah idamannya.
Semua furniture di dalamnya juga ia ganti yang baru. Tidak apalah pikirnya, menggelontorkan uang sejumlah milyaran dalam waktu beberapa hari ini. Kondisi hati Zayra jelas lebih penting dari apapun saat ini.
Perkara ia mengetahui mengenai rating dan ulasan kafe Zayra yang turun, itu bermula saat ia mendengar salah satu pegawainya sedang bertelepon ria di area koridor lantai ruangannya. Entah dengan siapa. Ia tidak sengaja mendengar, jika pegawai tersebut membahas soal rating dan ulasan Garden Cafe.
Ia panggil pegawai tersebut untuk menghadapnya. Menjelaskan apa maksud isi pembicaraan di telepon yang ia dengar. Ternyata ia menjadi salah satu orang suruhan Raline yang diminta untuk menggunakan akun pribadinya agar membantu kelakuan yang tak berperikemanusiaan tersebut.
*____*
Zayra tidak tahu harus mengeluarkan ekspresi apa selain rasa bahagia yang membuncah serta kebingungan yang melanda secara bersamaan. Perasaan itu dirasakannya pasca dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa ia tengah mengandung janin yang kini berusia empat minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call It What You Want (END)
RomanceMenjalani pernikahan yang menurut Zayra terlampau biasa-biasa saja membuatnya merasa jenuh. Apalagi dihadapkan dengan suami yang setiap kali berbicara selalu memancing emosinya. Tak pernah melakukan kekerasan, laki-laki itu hanya menjengkelkan bagi...