Suara lonceng terdengar ketika ia memasuki bangunan restoran demi memenuhi janji temu dengan temannya.
Melirik sekilas sesuai arahan pesan yang dikirimkannya. Ia langsung menemui sosok laki-laki bermata sipit tengah duduk memakan sesuatu.
"Akhirnya datang juga, lo." Ucapnya dengan senyum hangat yang memuakkan di mata Arya.
"Datanglah, males gua diteror terus sama jomblo."
"Eits, jangan sombong ya Pak Bos. Jangan asal sembarangan bicara anda, awas aja tahun depan nggak gua kasih undangannya."
"Undangan ulang tahun paling juga."
Alfi terkekeh seraya menyodorkan selembar undangan hard cover dari bawah mejanya yang sepertinya sudah ia pangku sebelum Arya datang.
"Nih, mantan lo buka toko berlian. Di beli gih, bilang 'yang bagus untuk istri saya berlian yang kayak apa, ya'?"
"Sialan lo." Jawabnya dengan melempar undangan tersebut yang langsung ditangkap oleh sasaran.
"Kayaknya emang doi yang belum move on sama lu deh."
"Enggak peduli. Itu urusannya. Pokoknya segala urusan gua sama dia udah berakhir saat ijab qabul gua untuk Zayra."
"Iya deh, si paling bucin sama bos kafe."
Pramusaji datang memutus obrolan mereka.
"Berapa hari lo disini?"
Arya yang langsung mencicipi makanan begitu kudapan datang, mengangkat sebelah tangannya dengan ibu jari yang dilipat.
"Empat hari doang? Seminggu kek."
"Kapan-kapan seminggu kalau ajak Zayra."
"Bosen, deh." Alfi membanting sendoknya yang baru ia pegang.
"Anyway, lo benar udah secepat itu berpaling hati ke Zayra?" Tanyanya dengan kembali mengangkat sendok yang baru saja ia lempar bak tak ada guna.
"Kenapa nggak? She's almost perfect. Cantik udah pasti, hasil masakannya oke, mandiri juga, lucu dan tentunya bisa memuaskan."
Alfi yang mendengar itu langsung menaikkan sebelah bibirnya seolah jengah.
"Nggak usah begitu. Tahun depan gua ledekin balik kalau misal lo benar menikah dan bucin."
Obrolan mereka dihentikan saat makanan sudah habis dan waktu hampir menunjukkan pukul satu.
Kini mereka berjalan menuju ruko yang dituju. Jaraknya tidak jauh dari restoran tempat mereka makan. Keramaian sudah terlihat dari jarak pandang tujuh ratus meter mereka jalan. Awalnya Arya hendak membawa serta mobilnya kesana. Namun diurungkan oleh Alfi yang sudah menyangka akan ramai dan sulit mendapatkan tempat parkir.
Sapaan hangat mereka terima kala menginjakkan kaki di toko tersebut. Berbagai produk perhiasan terpampang rapi di etalase kaca yang sangat bening. Matanya tertuju pada satu gelang yang lumayan berbeda di dalam etalase yang bernuansa bening.
Teringat dengan warna kulit sang istri yang cenderung putih, ia merasa sepertinya gelang itu cocok berada di pergelangannya.
Saking seriusnya ia, tidak sadar badannya agak sedikit bungkuk demi bisa melihat dengan jelas detail gelang di dalam sana.
"Itu namanya eternal bracelet. Yang sedang kamu lihat adalah seri midnight."
Suara perempuan tiba-tiba terdengar di telinga Arya. Terasa dekat.
Ia menengokkan kepala ke arah sumber suara. Tak jauh disebelahnya perempuan itu berdiri. Tersenyum padanya dengan mata berbinar.
"Oh..." Ia menggangguk-anggukan kepalanya kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Call It What You Want (END)
RomanceMenjalani pernikahan yang menurut Zayra terlampau biasa-biasa saja membuatnya merasa jenuh. Apalagi dihadapkan dengan suami yang setiap kali berbicara selalu memancing emosinya. Tak pernah melakukan kekerasan, laki-laki itu hanya menjengkelkan bagi...