Dua Puluh Satu

28.6K 1.6K 1
                                    

Zayra sedang bersama tim spesialis sosial media dan pemasaran. Mengedit video untuk dipublikasikan di akun resmi kafe. Tiga hari setelah timnya mengunggah video bagi-bagi kopi yang diminta oleh Risti, pesanan bermunculan agak banyak dari biasanya.

Beberapa dari mereka memesan dengan tujuan yang sama seperti Risti. Bahkan ada beberapa pembeli yang meminta untuk melakukan penjadwalan pembagian kopi ke beberapa masjid di sekitar kafe.

Jadi disinilah ia berada, di ruang rapat. Setelah membagikan kopi dengan jumlah ratusan kepada jamaah masjid setelah menunaikan ibadah solat Jumat. Sepertinya ia harus memberikan sedikit ucapan terima kasih pada Risti yang telah menghadirkan pelanggan-pelanggan baru di kafenya.

From: Arya Suamiku

Pulang jam berapa?

Tadi pagi Arya mengajaknya ke toko baju yang menjadikan Carlo Group sebagai pemasok baju yang akan dijualnya. Katanya ada seorang fashion designer yang sedang melamar ke tokonya. Sayang, toko tersebut tidak memproduksi sendiri hasil baju yang akan dijualnya. Kebetulan Arya sedang mencari fashion designer untuk rancangan baju pengantin pesanan salah satu kliennya. Arya bilang, sebenarnya Carlo Group tidak memproduksi gaun pengantin secara resmi. Hanya jika ada permintaan dari klien atau customer kesayangan mereka saja maka gaun akan dibuat. Lebih mengejutkan lagi ternyata fashion designer tersebut katanya populer di kalangan penyanyi tanah air karena biasa mendesain baju yang unik dan menarik. Maka Arya menyetujui untuk merekrut pelamar tersebut. Tapi anehnya, mengapa laki-laki itu mengajaknya.

To: Arya Suamiku

Aku kayanya lembur, deh. Aku nggak ikut, ya.

Arya tidak membalasnya, membaca pun tidak. Ia abaikan sajalah.

Ia lanjut membantu rekannya yang belum mengalihkan pandangan pada laptop dihadapannya selama dua jam yang lalu.

*___*

Ditengah padatnya rapat yang membahas launching produk barunya. Arya bisa-bisanya malah meminta Pak Kardi untuk membersihkan lemari yang berada di ruang kerjanya. Alasannya karena ia ingin merombak ruang kerjanya dengan desain baru yang terlihat segar. Lemari itu, belum pernah digunakannya semenjak ia bekerja di ruang ini. Karena, isi lemari terlalu menumpuk di dalamnya membuat ia malas bahkan sekedar untuk melihatnya.

Satu yang menarik dari kegiatan membersihkan lemari bersama Pak Kardi, ia menemukan album foto milik almarhum sang ayah. Banyak foto bersam klien-klien yang diabadikan, foto sang ayah menerima penghargaan pun ditaruh didalam. Paling menarik lagi, banyak foto sang ibu diletakkan dibagian belakang album. Arya baru pertama kali melihat album ini. Hesti, sang ibu masih terlihat muda, mungkin foto-foto itu diambil saat keduanya belum memiliki anak. Ada dua lembar foto yang dipotret di depan gedung perusahaan dengan ibu memakai gaun pengantin dan ayah memakai tuksedo, tepat dibawah foto itu terdapat tulisan My Precious Woman.

Arya tahu, kisah pernikahan keduanya berawal tidak saling mencintai. Karena Hesti menikah hanya sekedar menikah, melanjutkan hidupnya yang sudah dicampakkan oleh laki-laki lain. Siapa sangka, keterpurukan sang ibu diobati langsung oleh sang ayah yang Arya yakini besar rasa cinta yang diberikan oleh mendiang ayah pada sang ibu.

Dering telepon berbunyi dari Rania, pemilik toko yang menjadikan perusahaannya sebagai supplier nomor satu di tokonya menelepon. Menanyakan perihal perekrutan seorang fashion designer yang akan merancang gaun pengantin permintaannya.

Benar. Gaun pengantin permintaannya. Ia akan melakukan prosesi pemotretan after wedding bersama Zayra. Keduanya tidak memiliki foto yang lebih baik saat hari sakral itu dilaksanakan. Sepertinya melaksanakan after wedding di gedung perusahaan bukan hal yang buruk, setelah ia melihat dua foto milik orangtuanya yang menjadi inspirasinya untuk berpose ria di depan gedung perusahaan.

*____*

Keputusannya sudah bulat. Dirinya dan desainer yang kini fix bekerja bersamanya sudah kembali ke kantornya usai melakukan sesi interview singkat di toko Rania.

Ia sudah membayar full kepada desainer pilihannya. Dengan rancangan serta model yang telah ia buat, maka gaun itu sudah mulai dikerjakan sedemikian rupa. Tentunya tanpa sepengetahuan Zayra. Sebetulnya, jika perempuan itu mengiyakan ajakannya untuk bertemu dengan desainer maka perempuan itu akan tahu rencana after wedding yang diinginkannya.

Sembilan bulan ia tinggal dibawah atap yang sama dengan perempuan itu membuatnya telah hafal sekali dengan ukuran tubuh Zayra. Maka, tidak perlulah ia membawa serta perempuan itu untuk diukur tubuhnya demi memastikan ukuran tubuh hasil perkiraannya.

Ia tidak pernah tahu kapan rasa itu mulai muncul. Hingga ia rela mengeluarkan segelintir uangnya untuk membuat gaun pengantin yang sebenarnya bisa disewa dari orang lain. Dirinya hanya apa, ya? Memberi kenangan yang terbaik mungkin untuk orang yang mulai ia sayangi selama beberapa bulan belakangan ini.

Pernikahannya dengan Zayra hanya sebatas memenuhi keinginan Mama yang ingin segera dirinya untuk menikah. Karena saat itu sudah kepalang tanggung. Beberapa rekan Mama dan Papanya sudah diberitahu bahwa dirinya akan menikah, sewaktu ia belum memutuskan secara sepihak rencana pernikahannya dengan Raline.

Tapi dirinya mengakui bahwa Zayra memang layak untuk ia pinang. Dibalik pilihan Mama memang selalu yang terbaik, dirinya juga mungkin sudah ada rasa kagum sejak pertemuannya yang pertama kali dengan perempuan itu di kafe.

Sampai detik ini, ia masih belum tahu bagaimana perasaan perempuan itu selama tinggal bersamanya. Entahlah, membahas soal perasaan untuk menjadi topik perbincangan keduanya sangat sulit untuk ia lakukan.

Pokoknya, hidupnya kini untuk perempuan itu. Ia sudah menyayangi perempuan itu. Dan, bersama orang tersayang harus ada kenangan yang diukir. Pemotretan After wedding yang akan dilakukannya akan menjadi tahap mengukir kebahagiaan dalam rumah tangganya.

*___*

Zayra baru saja turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Tak lama terdengar suara mobil Arya yang baru datang juga.

Zayra menunggu Arya keluar dari mobilnya untuk memberikan kunci mobil miliknya agar segera dimasukkan ke garasi.

"Kamu baru pulang, Ra?"

"Iya. Kan tadi aku udah bilang kalau lembur."

Arya menerima pemberian kunci dari Zayra. Tapi tidak langsung melaksanakan tugasnya untuk memasukkan mobil ke garasi.

"Sudah makan?" Tanya Arya kembali.

Zayra menggeleng.

"Cepat masuk ke dalam. Kita makan malam di luar." Titahnya pada Zayra dengan menolehkan kepalanya pada kursi pengemudi di sebelahnya agar perempuan itu segera masuk ke dalam mobilnya.

"Teman kamu ada yang batalin reservasi lagi, Mas?"

"Nggak ada." Jawab Arya dengan tangan yang membetulkan sabuk pengaman Zayra.

"Jadi kita makan malam ini secara cuma-cuma, bukan yang gantiin reservasi orang lain?"

"Iya, Zayra."

Raut bahagia menguar dari wajah Zayra usai Arya menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Makan malam di luar! Dirinya akan makan malam di luar! Ini makan malam pertama yang mana Arya mengajaknya secara cuma-cuma. Semoga saja Arya membawanya ke restoran ternama. Ia harus membenahi tampilannya serta riasan wajahnya.

"Nggak perlu touch up-touch up lah, Ra. Yang tanpa riasan aku lebih suka."

Eh? Apa katanya tadi?

Call It What You Want (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang