Arya dan Zayra sudah beraktifitas lagi di pagi hari usai kejadian yang menegangkan tadi malam. Lebih mengejutkan lagi, saat keduanya mengantar wanita tua yang merupakan ibu dari tetangga satu kompleknya, Amri mengatakan bahwa ibunya mengidap depresi dan sedang ditangani di rumah penyembuhan yang letaknya tak jauh dari komplek. Amri menduga mungkin sang ibu kabur dari tempat penangananya untuk bertemu dirinya. Wajar saja, Amri mengakui karena sudah dua bulan Amri tidak mengunjungi sang ibu karena kepadatan jadwal kerjanya.
Arya masih sibuk dengan kain pel yang digunakannya untuk membersihkan sisa jus yang ditumpahkan dengan sengaja oleh ibu Amri sewaktu dirinya memaksa wanita tua itu keluar. Sejujurnya ia sudah merasa ada yang tidak beres dengan wanita tua itu, tapi apa daya, wanita itu masih agak nyambung jika diajak bicara. Ia sengaja tidak langsung membersihkannya tadi malam karena kantuk menyerang bukan main. Maka pagi ini, ia rela telat datang ke kantor untuk membantu Zayra.
Sedang Zayra sibuk mengosrang-osreng wajan dan spatula. Memasak capcai dan ayam goreng di waktu yang bersamaan. Ia melihat sekilas kearah suaminya yang tengah fokus pada kegiatannya. Pandangan keduanya bertabrakan dan beberapa detik kemudian tertawa bersama.
Ini momen yang cukup menggelikan. Tiba-tiba ada tamu di tengah malam dan ternyata tamu tersebut memiliki gangguan jiwa. Zayra dan Arya tidak pernah terpikirkan akan mengalami hal ini.
"Ra?"
Zayra yang terpanggil namanya menaikkan sebelah alisnya.
"Kalau aku lagi pergi dan nggak pulang ke rumah, lalu tiba-tiba ada yang bertamu tengah malam, jangan langsung dibuka pintunya, ya. Lihat dulu orangnya, kalau nggak dikenal langsung telepon aku."
Zayra mengangguk. "Semoga nggak ada kejadian kayak gini lagi nanti."
Arya sudah selesai dengan kegiatannya dan siap menyantap hidangan yang Zayra siapkan.
"Hari ini aku nggak full di kafe, aku mau ke kantor kamu ya. Mau lihat ikan-ikan." Izinnya pada Arya yang sedang menyendokkan makanan ke mulutnya.
"Kantorku lagi dipakai untuk rapat seharian ini. Kalau mau, kamu datang sebelum jam pulang, kemungkinan setengah jam sebelum jam pulang kantorku udah bisa dipakai untuk lihat ikan."
"Hm...kalau gitu berarti aku cuma bisa sebentar dong lihat ikannya."
"Bisa besok-besok lagi."
Hilang sudah moodnya karena tidak bisa lihat ikan hari ini.
Menelan ayamnya ia kemudian berujar. "Langsung pulang ke rumah aja, kalau jadwal di kafemu nggak full. Buatin aku kue kayak kemarin lagi, yang ada pisangnya."
"Pisangnya udah habis, kemarin yang terakhir."
"Ya udah, buat kue yang lain. Nanti pulang aku coba."
Permintaan yang cukup menarik. Arya jarang sekali meminta dibuatkan sesuatu seperti ini. Pergi ke toko bahan kue sepulangnya dari kafe sepertinya ide bagus.
*___*
Zayra sudah pulang dari kafe dan berbelanja bahan-bahan kue. Mobilnya diparkiran diluar karena ada mobil lain yang menghadang jalan masuk mobilnya. Ia turun dari mobil, ingin menegur gerangan yang menaruh mobil sembarangan di halaman rumahnya.
Rumah Arya yang ia tempati kini tidak berpagar. Langsung halaman dan garasi yang selalu dikunci oleh Arya karena banyak kendaraan kesayangannya yang tinggal disana. Jadi, Zayra selalu memakirkan mobil miliknya di halaman rumah, sampai Arya datang dan memasukkannya ke dalam garasi.
Tapi mobil ini nangkring di halamannya. Ia berjalan masuk ke area halaman, dapat dilihat seorang perempuan tengah duduk di kursi kebun mini yang biasa ia gunakan ketika sedang merawat bunga-bunga kesayangannya.
Sembarangan sekali perempuan itu.
"Eh, Zayra?" Perempuan berbaju biru langit itu melihat ke arahnya. Berdiri dan mengibaskan baju yang dikenakannya.
Raline Manisha. Perempuan yang beberapa hari lalu menelepon suaminya. Datang kesini? Untuk apa?
Perempuan itu mengajaknya berjabat tangan. Zayra tidak mengindahkan. Ia justru berkata lain. "Mobil kamu tolong dipindahkan. Aku mau parkir mobilku."
"Oh, nanti aku pindahkan." Raline segera berlari kecil menuju mobilnya. Merealisasikan permintaan Zayra.
Sebetulnya Zayra malas mengajaknya masuk, tapi ia ingat bahwa dirinya kan perempuan cantik yang bermartabat. Tidak mungkin kan, perempuan cantik bermartabat memiliki hati yang busuk.
Maka disinilah ia berada, di ruang tamu bersama mantan calon istri suaminya.
"Maaf ya, aku sudah mengganggu kamu. Kalau kamu ada kegiatan nggak apa-apa dilanjutkan aja, aku numpang duduk sini, ya, sampai Arya datang. Ada yang perlu aku sampaikan ke Arya."
Zayra langsung bangkit dari duduknya. Melakukan kegiatan yang sudah direncanakan dari pagi.
Cheese cake. Jadi pilihan kue yang akan dibuatnya hari ini. Biar sajalah, ia tak memberi perempuan itu minum atau jamuan lainnya. Sudah diizinkan masuk ke dalam saja seharusnya perempuan itu bersyukur, kan?
Bermenit-menit ia berkutat di dapur meyelesaikan kue buatannya.
Ia sejujurnya ingin memberi hasil kue yang sudah matang pada Raline. Tapi sepertinya itu bukan hal yang baik. Tidak apalah, ia harus berteguh pendirian untuk tidak mengurusi Raline.
*___*
Arya pulang telat lima belas menit dari biasanya. Begitu masuk Zayra mendengar sapa hangat yang dilakukan oleh suaminya pada Raline yang sudah menunggu laki-laki itu berjam-jam.
Kemudian ia menyambutnya di dapur. Menyalami tangan Arya dan mempersilakan duduk. Arya langsung mendudukkan diri dan mengambil piring berisikan cheese cake yang sengaja Zayra letakkan di meja makan agar Arya bisa langsung mencicipinya.
Raline datang dari ruang tamu, mengikuti Arya yang menginjakkan kaki diruang makan.
Melihat Arya menyuapkan potongan cheese cake ke mulutnya Raline berseru. "Arya nggak bisa makan keju." Ucapan itu ditujukan pada Zayra yang berdiri di sisi kursi Arya.
"Hah?" Zayra sungguh tidak tahu.
Dilihatnya Arya tampak mengunyah kue buatannya. Tidak kentara jika laki-laki itu tidak bisa memakan jenis makanan dihadapannya.
Suara Arya mengalun di tengah ketegangan perempuan yang saling mengkhawatirinya.
"Aku bisa makan semua makanan yang Zayra buat." Ucapnya seraya menarik kursi untuk Zayra
"Kamu mau?" Itu pertanyaan untuk Raline yang masih berdiri. "Buatan Zayra selalu enak, kamu harus coba."
Raline menggelengkan kepalanya. Justru ia berujar lain. "Aku mau pamit pulang sama kamu."
"Ya. Silakan."
Tanpa berpikir dua kali Raline meninggalkan kedua orang yang tengah menikmati kue berbahan dasar keju. Raline sungguh tidak tahu sejak kapan Arya yang dikenalnya sudah bisa mengkonsumsi keju.
Suara mobil terdengar, pertanda perempuan itu telah pergi.
"Kamu ingat yang tadi aku katakan tadi pagi, Ra?"
"Soal nerima tamu?"
Arya menganggukk.
"Langsung telepon aku kalau kamu nggak kenal orangnya."
"Dia datang lebih dulu dari aku, masa mau aku usir. Lagian aku udah kenal dia kok, kan kamu sendiri yang ceritain waktu itu."
"Kamu belum kenal dia, Ra. Aku cuma cerita dengan garis besarnya aja."
Zayra menatap heran Arya yang kini sudah menghabiskan dua potong cheese cake tanpa disadarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Call It What You Want (END)
RomanceMenjalani pernikahan yang menurut Zayra terlampau biasa-biasa saja membuatnya merasa jenuh. Apalagi dihadapkan dengan suami yang setiap kali berbicara selalu memancing emosinya. Tak pernah melakukan kekerasan, laki-laki itu hanya menjengkelkan bagi...