Pintu terbuka lagi, sinar matahari menyinari bagian depan kelas lagi.
Oh, rupanya kau datang. Oh, rupanya kali ini kau memakai sweater merah, bukan jaket hitam yang kemarin.
Padahal, bel baru saja berbunyi. Padahal, aku lebih suka jaket yang itu.
Ah tak apalah, lagipula kau sudah datang. Lagipula menurut teman-temanmu kau lebih cocok pakai sweater.
Yang penting kau sudah disini sebelum guru datang. Tidak penting apa yang aku suka kamu pakai.
.
Disini, di kursi sebelahku. Belum duduk, masih berdiri.
Bertanya, "loh, mereka ngerjain apa? Lo udah?" Kujawab, "geografi. Belum."
Tersenyum lega, lalu duduk. Sweatermu kamu taruh di meja, tasmu kamu taruh di lantai.
Aku hanya diam. Aku selalu diam. Aku mau bilang apa? Aku bisa bilang apa?
Kau berdiri, kau pergi ke baris anak laki-laki. Mereka punya jaket di kursi mereka, digantung. Kau tidak punya sweater di kursimu, tapi andai itu jaket-- takkan digantung juga.
Aku tahu. Aku hafal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu Kayu
Teen FictionAku mendorong pintu kayu yang gagangnya dirusak kamu Desember lalu. Tak menyadari bahwa lima bulan lagi gagangnya akan diganti dengan yang baru, membuatku lupa apa alasanmu membanting pintu tak bersalah itu. Buatku lupa juga kalau merebut pacar oran...