Lima Belas

131 11 1
                                    

Aku ceroboh karena lambat menyadari tak ada yang kunjung sholat ke musholla.

Aku bodoh karena hanya diam melihat mereka membawa makanan masing-masing ke kelas.

Seharusnya mereka makan setelah sholat dhuhur.

Seharusnya aku sadar mereka menggosipkan hal heboh daritadi.

Asalnya dari mulut Bayu, sih. Jadi aku tak begitu mementingkannya.

Dan tidak ada nama yang kukenal, sih. Jadi aku menyepelekannya.

Aku bosan. Lalu aku berjalan keluar.

Aku melihat keramaian. Lalu aku turun kesana.

Belum sampai anak tangga terakhir, kerumunannya bubar.

Belum sampai ada satu anak pun, yang dapat kutanyakan kesaksiannya.

Niatku berdiam di perpustakaan saja. Aku tak mungkin kehabisan kegiatan disana.

Lalu ada Bu Diana menatap persis kearahku, seperti dulu. Aku tak mungkin kan lari dari dia dua kali?

Aku salim padanya. Ia memberikanku kertas--- surat izin tidak masuk kelas.

Aku bertanya untuk siapa. Ia bilang memang untuk aku--- karna memang aku teman sekelas dari yang diizinkan ini.

Lantas kubuka kertas itu. Kubaca dan kutanyakan langsung, kenapa dia tak ikut belajar. Aku kaget.

Lantas ia jawab pertanyaanku. Ia jelaskan dan katakan langsung, bukan salah anak ini ia terluka. Ia pergi.

Terluka?

Otakku berputar seperti roda hamster yang di dalamnya diisi kuda.

Tunggu.

Biarkan aku berpikir jernih.

Kertas itu semakin buram setiap detiknya.

Bla bla bla bla Revandyo Tirta bla bla bla meninggalkan jam pelajaran ke-8 sampai selesai bla bla bla di karenakan sakit. Demikian bla bla bla bla.

Tertanda,
Diana R.

Apa maksudnya?

Tadi yang kudengar, yang bertengkar adalah dua anak kelas 12.

Tadi yang Bayu bilang, kejadiannya di tempat wudhu, makanya sholat dhuhur ditunda.

Oh. Baiklah.

Tidak ada hubungannya denganmu. Aku tenang.

Tidak ada hubungannya denganmu yang sangat sehat dari pagi tadi...

Aku yakin itu...

Aku yakin tak ada hubungannya denganmu dan aku terus meyakinkan hal ini tak melibatkanmu sama sekali.

Aku yakin tak ada hubungannya denganmu tapi aku terus berlari ke arah UKS.

.

"Hai."

Aku hanya menatapmu.

"Halo, Mai."

Aku belum menjawab.

"Btw gue kaget setengah mati, tau gak," kau bilang. "Bayangin aja ada yang buka gorden UKS tiba-tiba."

Itu kelihatan. Kau hampir loncat saat aku tiba di depanmu tadi.

"Kok elo disini?" kau tanya.

"Ya elo yang ngapain disini!"

"Ssssttt!" keluhmu. "Teriak sekalian sono!"

Pintu KayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang