Tiga?

272 31 1
                                    

Aku kembali dari panggilan ketua kelas.

"Van, gue boleh duduk sini gak?"

"Silahkan," kamu pindah ke kursi dekat tembok agar aku bisa duduk di kursi luar.

"Duh panas gila." Aku kipas-kipas.

Guru didepan entah membicarakan apa tapi aku penasaran setengah mati mengapa ia betah lehernya dililit-lilit dengan kain sepanjang gorden di siang tanpa angin seperti ini.

"Disuruh ngapain sih?"

"Bikin penelitian. Eh, Mai, lo sama gue ya?"

"Sama gue? Emang iya?"

"Enggak, ini kelompoknya bebas."

"Oh, sama Hendra sama Dayat juga?"

"Lo sama gue doang."

Ha? "Oh berdua doang...biasanya berempat. Trus Hendra sama siapa kalo lo sama gue?"

"Ya gatau tanya aja," jawabmu tak peduli.

Aku melihat keatas, memastikan AC nya nyala. Aku mengambil buku yang lebih lebar di mejamu. Aku kipas-kipas lagi.

"Tapi, Mai, gue buntu nih. Neliti apaan ya?"

"Ya gatau gue, temanya apaan emang?"

"Bebas."

"Waduh. Gatau ah gue males mikir. Bikin penelitian tentang semut aja kalo gitu."

"Yang menarik! Semut setengah kuda," kamu menambahkan. Aku tertawa lepas. Keras.

Tapi aku tak mau kalah, "kuda setengah kodok."

"Kodok setengah jerapah!"

"Sapi setengah cicak!"

"Gajah setengah laba-laba!"

"Platipus setengah monyet!"

"Tapir setengah Hendra!!!" Dan kita berdua tertawa terlalu keras sampai si guru hijabers memamerkan seberapa lebar ia bisa membuka matanya.

Padahal sekarang aku berani bersumpah Tapir Setengah Hendra itu lebih garing dari kertas HVS yang dijadikan kerupuk.

Itu hal bodoh pertama yang kita tertawakan di kelas 11.

Sepertinya AC nya mulai berfungsi karena sudah tidak gerah lagi. Sepertinya Yosi benar, aku memang tidak betah menyendiri.

.

Tiga minggu sebelum Pentas Seni.

Aku menjual tiket pensi sekolah kita.

"Guys, kalian bakal nyesel setengah mati karena GS tahun ini kece abis," aku promosi ke geng kutu buku di kelas.

"GS itu apa?"

Tuhan, tolong aku.

Dengan penuh putus asa aku menjawab, "gatau deh lupain a--"

"Guest Star," kamu tiba-tiba muncul.

"--ja. Lo ngapain disini?"

"Promosi pensi sekolah kita. Emang ga boleh?"

Aku menggesturkan kata 'silahkan'.

"Jadi teman-temanku sekalian, GS itu bintang tamu. Dateng ke acara kita. Artis gitu. Penyanyi. Kalian pernah nonton TV nggak?"

Aku menahan tawa. Mereka menjawab iya. Aku menaikkan alis, memasang muka serius lagi.

"Nah nanti itu bintang tamunya gue. Ntar gue nyanyi disana. Jadi lo harus dateng. Karna ngedukung temen pas dia lagi di panggung itu wajib. Gitu. Dan gue besoknya ulang tahun. Lo harus ngucapin. Kalo nggak lo gausah temenan sama gue. Oke?"

Pintu KayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang