Kursi sebelah Yosi kosong jadi aku duduk di samping teman curhatku itu.
"Pinjem hape."
"Buat?"
"Selesaiin Minion Rush elo, lah. Belom dapet tempat baru kan?"
"Iya..." aku bingung. "Susah."
"Sini."
Aku ngasih lalu dia main. Langsung bisa.
"Gini aja ga bisa," ejeknya. "Cucunya anak TK mah bisa."
"Alay."
Lalu Julia lewat. Aku menoleh padanya sambil curi-curi pandang ke setiap sudut kelas.
Lalu aku tak menemukanmu. Aku menoleh kembali ke Julia.
"Hoi," sapanya.
Aku membalas sapaannya lalu dia terus berjalan. Tapi dia tak seperti biasanya.
Harusnya Julia teriak, atau menggebrak meja. Dia itu heboh. Tapi tadi tidak.
Dia pasti masih kaget karna kata-katamu tadi. Juga terbawa efek dramatis karna Ika langsung menggeretku keluar.
Dasar Ika sok-sokan hidup dalam ftv.
"Lo sial banget sih," katanya.
Aku setuju. Banget. Tapi tentulah aku harus nanya, "ha? Sial gimana?"
"Ya, sial aja," asalnya. "Gue yang udah jomblo lama mendadak ngerasa beruntung..."
Aku reflek tertawa. "Paan sih lo. Kaget ya?"
"Kaget apa?"
"Ya tadi Evan gitu."
"Hah? Ngapain kaget! Itu mah kita udah tau dari lama kali, Mai."
"Kita?" aku kaget. "Tau dari lama?"
"Iyalah, kan Evan cerita."
"Cerita?"
Yosi pun kasih tau aku semuanya, Van. Semua rencana bodohmu juga.
Dayat di depan kelas tenang sekali mencatat sesuatu di papan. Ah, semua yang dia lakukan sih memang tenang.
Ternyata dia menulis jadwal UAS. Tugas yang seharusnya kulakukan, hehe.
Ternyata kau benar-benar ingin putus dari Thalia. Hal yang seharusnya aku sendiri lakukan ke Faris, haha.
Aku lebih shock dari Ika ketika mengetahui kau pernah berkata, "ini hari terakhir gue mundur ngedeketin dia. Gue ga boleh labil, lah. Gue kan cowok. Gue tau apa yang gue mau. Dan gue mau Maidi."
"Jangan ngawur, Van," Bayu memotong. "Dia itu udah ada yang punya."
Jauh lebih shock ketika jauh sebelum itu kau pernah bercanda, "lucu kali ya kalo gue ketauan deket banget sama Maidi, trus diputusin sama Thalia. Gue gausah repot kan? Hahahah!"
"Jangan ngawur, Van," Bayu sudah memperingatkanmu padahal, bahwa, "Thalia itu pacar lo. Yang udah nemenin lo 2 tahun ini."
Yosi bilang waktu itu disana ada dia, Dayat, Bayu, Hendra, dan beberapa anak lain yang tak ku pedulikan namanya.
Dia cerita mereka nongkrong dimana, sampai jam berapa, padahal Yosi harusnya tahu yang kupedulikan hanya kamu.
"Gaada pelajaran?"
"Iya, trus kita pulang cepet."
"Semester 1?"
"Iya kayaknya..."
Jantungku rasanya terbuat dari semen. Ia mengeras dan aku tak bisa memaksanya berdetak kembali.
"Kamis ya?"
"Lupa lah gue!"
Itu pasti hari Kamis karena di minggu terakhir sekolah, yang masih ada kegiatannya itu cuma sampai Rabu.
Itu pasti hari ke-124 di kelas 11 karena besoknya di hari terakhir sekolah, kau mulai bertingkah tuk membuktikan perkataanmu di hari Kamis.
Membuatku bahagia saat tugasmu membahagiakan dia.
Membuatku bahagia saat hal itu adalah tugasnya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu Kayu
Teen FictionAku mendorong pintu kayu yang gagangnya dirusak kamu Desember lalu. Tak menyadari bahwa lima bulan lagi gagangnya akan diganti dengan yang baru, membuatku lupa apa alasanmu membanting pintu tak bersalah itu. Buatku lupa juga kalau merebut pacar oran...