Delapan

164 15 0
                                    

"ToD?"

"Truth lah," Ika menjawab.

"Mmmm, hal konyol apa yang pernah lo lakuin?" Julia bertanya.

"Gue ga pernah ngelakuin hal konyol."

"--ga pernah ketauan maksudnya," kau terkekeh sebelum yang lainnya tertawa.

Ika berkedip malas. "Oke. Fine. Gue pernah ngupil trus ditempelin tembok."

"AAAHHH ITU MAH STANDAR," Yosi meremehkan. "Semua cowok juga gitu. Bahkan mungkin cewek juga. Yang lain dong!"

"Eh, gue udah buka satu aib masa harus nyebutin lagi??"

"Aib pala lo! Ayo cepetan, sebutin yang koplak."

"Yang malu-maluin gitu lo, Kak. Apa perlu gue yang nyebutin?"

"Eh eh, jangan dong, Mai!" Ika kemudian diam sebentar. "Gue pernah ngejatohin piring gorengan di kantin. Trus karna sepi akhirnya gue kembaliin semua ke tempatnya. Trus gue pergi tanpa muka bersalah padahal mungkin udah ada 6 orang yang mencret gara-gara gue."

Tawa kita menyimpulkan bahwa hal tersebut cukup konyol untuk bisa melanjutkan permainan.

Dayat memutar botol yang akhirnya berhenti menunjuk ke perutnya.

"Yes!! ToD???"

Kau menatap wajah semangatku. Dayat yang menjawab 'truth' membuatku lebih semangat lagi.

"Hal konyol!!!"

"Kenapa hal konyol?"

"Ya sebutin hal konyol!!"

"Itu bukan pertanyaan," Dayat menolak menjawab.

"Ih, perfeksionis amat sih," ujarku dengan mata menyipit.

"Hal konyol apa yang pernah lo lakuin?" Ika menyempurnakan.

"Gue pernah ngeadd cewek trus ngechat 'intro' dan ternyata dia bukan anak angkatan kita tapi budhe gue."

Hal itu memang lucu tapi ternyata bagi Julia hal itu sangat sangat lucu. Delapan detik penuh ia tertawa diantara empat temannya yang sudah berhenti dari tadi.

"Kok... kok bisa sih?" Tanyanya masih setengah ngakak.

Dayat bercerita tanpa ekspresi-- seperti biasa-- tentang bagaimana ia tertipu oleh profile picture budhenya yang ternyata foto anaknya.

"Ya gue add lah, orang fotonya cantik."

"Dasar mata keranjang," ujarku sambil memutar mata.

Dan memutar botol biru di tengah meja.

Mulut botol menunjuk ke Yosi, yang langsung menjawab 'truth' bahkan sebelum ada yang bertanya.

"Sama kayak tadi aja lah," kata Ika. "Hal konyol apa yang pernah lo lakuin?"

"Yaelah, Kak," katamu. "Apa coba hal yang dia lakuin yang gak konyol?"

"Banyak kali! Kalo diitung-itung konyolnya cuma 60%," aku membela Yosi. Yosi tampak lega.

"--40% nya konyol banget," lanjutku dengan penekanan di kata 'banget'. Yang lain tertawa sementara Yosi bersemu merah.

"Ada sih hal konyol yang gue inget terus..."

Saat yang lain menyimak, Yosi melanjutkan, "pas gue ngiket tali di leher Maidi seolah dia peliharaan gue."

Saat yang lain bertanya-tanya mengapa ide sebodoh itu bisa muncul di otak anak SMA, aku tanpa sadar meraba leherku.

Tidak ada bekas sama sekali. Bahkan dua hari setelah kejadian itu, lukanya sudah hilang.

Malah suaramu yang membekas di otakku. Bahkan kau bisa membentak perempuan.

Tak ada yang menyadari bahwa pikiranku sempat kemana-mana semenit yang lalu.

Tak ada yang menyadari bahwa 32 minggu yang lalu terjadi sesuatu yang membuatku bergidik sampai sekarang.

Aku menatapmu yang sedang tertawa-tawa dan meragukan perasaanku sendiri.

Kau menatapku yang tak tertawa sama sekali dan meragukan sifat humorismu.

Tangan Dayat membuat botol berputar sangat cepat.

Pintu KayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang