Enam?

186 19 6
                                    

Kali ke-9 belajar di lab komputer.

Ika mengklik tombol undo nya berulang kali. Aku sampai takut mouse itu rusak karenanya. Ika sedang gugup, karena ia tengah mengalami kekalahan.

Aku memblok hasil karyaku dan menyesuaikan ukurannya. Ika sampai gagal menahan jeritannya. Aku sedang menyimpan file ku, karena aku sangat hebat dalam bidang ini dan aku tidak takut untuk sombong karenanya dan aku adalah siswa pertama yang dapat menyelesaikan tugas ini dan aku mengalahkan Ika.

Ika membanting ujung kerudungnya yang sedari tadi ia gigit. Ia benar-benar tak tahu bagaimana caranya mengisi nilai di kolom tugas pada pelajaran komputer.

Aku bersandar ke kursiku sesantai mungkin. Ini benar-benar ajaib bagaimana sifat Ika pada ulangan fisika yang lalu menjadi karma yang menamparnya hari ini.

"Elo ngga mau ngasih tau gue ya?"

"Nggak," kataku bahkan tanpa menoleh.

"Aaaah," Ika merengek, "tangan android gue ga bisa dipisah dari badannya."

Ika menatap iri logo androidku yang nyaris sempurna sebelum kembali mengutak-atik kerjaannya.

Aku sedang mengagumi diriku sendiri dengan melamun kearah monitor sebelum sebuah tangan mendarat di kepalaku.

Tangan itu besar-- atau kepalaku yang kecil?-- karena sepertinya lebar telapakmu sama seperti lebar kepalaku.

"Wow, kepala lo kecil banget."

Aku menoleh keatas dan membiarkan tanganmu merosot dari kepalaku. Kau menunduk dan membiarkan aku menatap lurus ke matamu.

"Lo ngapain disini??"

"Mau nyontek."

"Nyontek?!"

"Ini gimana caranya," tanyamu polos, menunjuk ke antena androidku.

Aku diam sebentar. Jawaban apa yang tepat yang harus kuberikan?

1. "Enak aja lo!"

2. Menjelaskan caranya

3. "Pergi san....."

"MAI."

"HA?" teriakku kaget. Oiya.

"Gimanaaa?"

"Halah masa gitu aja ga bisa," jawabku asal.

"Ga bisa."

"Hih. Gini lo..." ucapku agak lembut, sambil meraih mouse untuk menunjukkan caranya padamu.

Ada tiga detik keheningan yang akhirnya kau potong dengan, "lah, kok jadi dua??"

"Kan tinggal copas."

"Tapi elo ngga mencet copas tadi! Eh gatau sih-- makanya jangan pake keyboard!"

"Napa?"

"Gue bingung!!"

"Kan lebih gampang!"

"Enggak! Gampangan di klik kanan!"

"Aaahh gue males."

"Maaaaii," kau memohon sambil meletakkan tanganmu di kepalaku lagi dan menggoyang-goyangkannya.

"Van, gue pusing ah-- iya ini gue tunjukkin-- udah ah!"

"Yes."

"Nih. Diblok dulu. Trus pencet control sama D. D itu duplicate. Sama kayak copas sih. Tapi langsung, kayak gini," aku menunjukkan maksudku tanpa menyadari kamu yang tengah merangkulku.

Pintu KayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang