Prolog

677 55 1
                                    

"Lo bercanda kan?"

Saking lemahnya, aku bahkan tak kuat menggeleng. "Enggak."

Kau melihat keluar pagar, ke teman-teman kita yang asyik berfoto. "Van, ayo ini giliran yang cowok yang foto!"

Berdirilah kamu, sebagai respon dari seruan Julia tadi. "Weeee, tungguin dong!"

Astaga, aku bilang apa barusan?

Kau menyuruh yang lain geser agar kau bisa ikutan foto, dan berpose.

Dua detik setelah kau pergi, kau kembali. Gila, ya, waktu memang tak tahu definisi tempo.

Kau menggeser kardus minuman agar bisa duduk didepanku, bersila.

Selama empat belas menit itu, kita hanya diam. Tuh kan, waktu memang tak tahu definisi tempo.

"Coba ulangi lagi yang tadi kamu bilang," begitu ucapmu.

Haha, 'kamu'. Kemana perginya 'lo'. "Kamu denger kok."

Alismu terangkat. Bibirmu kau gigit. Jarimu menyisir rambut padahal kita berdua tahu diapakan pun rambutmu, jatuhnya pasti tetap sama. "Mmm... kalau yang aku dengar sih... yang kamu bilang ya... itu tadi... kalo---"
.
.
.
.
.
"---kamu suka sama aku?"

Pintu KayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang