Kamu bersama teman-temanmu disana terlihat begitu cocok. Karena dulu memang seperti itu. Aku dengan bangku kosong ini terlihat begitu cocok. Karena dulu memang seperti ini.
Tidak ada yang aneh-- kamu fokus ke laptop Dayat mencoba membunuh sebuah bayi raksasa. Entah permainan macam apa itu. Tidak ada yang aneh-- aku fokus ke jurnal kecilku mencoba menghasilkan puisi bagus. Entah pesan apa yang ada di dalamnya.
Tapi sepertinya kamu gagal. Karena semua bersorak tentang betapa sialnya kamu diinjak si bayi padahal kamu sudah susah payah mengumpulkan empat bom untuk dilempar.
Dan sepertinya aku gagal juga. Karena semua yang aku tulis tentang betapa sialnya aku kenal denganmu tidak ada hubungannya sama sekali dengan rintik hujan di kaca mobil.
Kau pembunuh bayi yang payah, dan aku penulis puisi yang lebih payah.
Cocok sekali.
.
Kamu bodoh karena mengira aku duduk disebelahmu karena ingin dekat denganmu. Aku pintar karena memanfaatkan kursi kosong ini untuk menikmati sudut terdingin di kelas.
Kemarin aku belum sadar kamu bukan ingin menjadi temanku. Kemarin kamu sadar aku hanya membutuhkanmu sebagai teman.
Dan sekarang kamu menganggap ini sebuah kesalahan. Dan sekarang aku menganggap ini semua salah.
Coba kalau aku tak sekelompok denganmu pada Biologi semester lalu. Coba kalau kau tak menawariku membuat laporan penelitian bersama-sama.
Coba kalau kita tak bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu Kayu
Teen FictionAku mendorong pintu kayu yang gagangnya dirusak kamu Desember lalu. Tak menyadari bahwa lima bulan lagi gagangnya akan diganti dengan yang baru, membuatku lupa apa alasanmu membanting pintu tak bersalah itu. Buatku lupa juga kalau merebut pacar oran...