Kali ke-3 kita duduk bersama.
"Van."
"Hm?"
"Temenin ngobrol."
"Ya ayo lho."
"Ngobrolin apa?"
"Yeee elu yang ngajak."
"Gue ada cerita sih."
"Ya udah ceritain."
"Emang lo mau dengerin?"
"Mau lah."
Aku diam sebentar. "Ga jadi deh."
"Tuh kan... mesti ngeselin. Gue paling ga suka sama orang tipe kayak gini nih. Bikin penasaran aja."
Penasaran. Kamu selalu penasaran. "Iya deh gue cerita..."
"Yes!"
"Tapi lo dengerin sampe abis ya."
"Iyaaa," katamu. Tersenyum.
.
Minggu ke-7 di kelas 11.
"Gue bisa sulap."
"Oiya?"
"Iya," Dayat tersenyum sombong sambil mengocok kartu.
"Coba," tantangku.
Dayat tak banyak bicara. Ia tak pernah banyak bicara. Ia menyodorkanku tumpukan kartunya, tanpa berkata apa-apa.
Aku yang tahu maksudnya langsung mengambil tumpukan kartu itu dan mengocoknya. Setelah memastikan 52 kartu itu berbeda semua, aku mengembalikannya.
Sekarang Dayat mengambil 7 kartu. Semuanya ditutup, dan disejajarkan di meja diantara kita. Kedua tangannya dia letakkan juga, "pilih."
"Gue tunjuk apa ambil apa pilih dalam hati apa--"
"Ambil."
Aku mengambil kartu kedua dari kanan. "Boleh liat gak?"
"Ya kalo lo gak liat gimana cara gue nebaknya?"
Aku menyipitkan mata sebagai jawaban dari kesinisan Dayat barusan. Aku mengintip. King wajik.
"Oke udah!" Kataku semangat sambil mengembalikan kartunya ke Dayat.
Dia sekarang mengocok 7 kartu tadi. Kemudian kembali meletakkannya secara urut-- dari kanan ke kiri. Seperti tadi.
"Ambil kartu kedua dari kanan yang tadi lo pilih."
Aku menuruti perintahnya. Pasti wajahku kaget sekali karna Dayat langsung tertawa.
Aku mencoba tetap datar dalam menghadapi dia yang sekarang tersenyum menang. "Nggak hebat."
"Lah, kenapa?"
"Soalnya lo nggak nebak kartu gue apa!"
"Ya tapi bener kan itu kartu elo?"
"Iya."
"Yaudah," katanya lalu memutar balik. Pergi.
"Heh! Tebak dulu gue pegang kartu apa!!"
"Sulap gue nggak kayak gitu, Maidi," jawabnya setenang mungkin.
"CURANG!"
Tapi Dayat tak mendengar teriakanku karena pada saat itu ia sudah ada di luar kelas.
Aku meletakkan si king wajik diatas kartu lainnya. Tumpukkan itu aku rapihkan dan masukkan tempatnya. Aku kemudian memutar balik dan menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu Kayu
Genç KurguAku mendorong pintu kayu yang gagangnya dirusak kamu Desember lalu. Tak menyadari bahwa lima bulan lagi gagangnya akan diganti dengan yang baru, membuatku lupa apa alasanmu membanting pintu tak bersalah itu. Buatku lupa juga kalau merebut pacar oran...