Tujuh?

164 15 4
                                    

Upacara kali ke-16 di kelas 11.

"Istirahat di tempat-- GERAK!"

Satu lapangan serempak mengikuti perintah tersebut. Menunggu salam, menjawabnya, dan akhirnya kembali meletakan kedua tangan di balik punggung.

Setengah lapangan-- tengah ke belakang-- tampaknya sudah sibuk sendiri. Merenggangkan otot kaki, mengobrol, bahkan saling bercanda.

Aku berada di barisan ketiga dari belakang, kau pun juga. Aku menatap lurus kedepan, kau pun juga.

"Van."

"Hm?"

"Gimana kemaren?"

"Apanya?"

"Hari Sabtu."

"Ha... oalah. Ya gitu. Hehe. Sukses kok."

"Oiya?"

"Iya, makasih ya."

"Wah seneng deh gue kalo gitu."

Kita tak saling menoleh, masih menatap lurus. Kita tak berjarak terlalu jauh, hanya setengah lengan.

Kau dan pacarmu yang berjarak jauh. Sekitar 12 kilometer mungkin.

"Eh Mai, yang di snapchat lo--"

"Snapchat? Elo ngeliatin story gue??"

"Yaiyalah kan kita friends, bego."

"Sumpah elo liat??"

"Iya, napa sih?"

"Sumpah, Vaaaan?"

"Aduh anak ini," kita yang sekarang saling bertatapan membuat kamu agak lambat menjawab, "duh gue jadi lupa mau ngomong apa."

"Bukan urusan gue."

"Ini ada hubungannya sama elo tauk."

"Diem lo gue lagi ngefly."

"Sumpah ini penting banget--"

"Gila gue gak liat sih siapa aja yang ngebukain story gue--"

"--gue sampe nunggu-nunggu sekolah buat nanyain ini ke elo--"

"--dan ternyata elo ngeliat! Eh buset berarti snap bodoh gue elo semua dong--"

"MAI."

"WAT?"

Dua anak depan kita menoleh serempak. Kau berteriak padahal kita hanya berjarak seperempat lengan sekarang.

Kau dan pacarmu yang berjarak jauh. Sekitar setengah jam perjalanan mungkin.

"Gue udah inget."

"Apa?"

"Yang kemaren di story lo--"

"Story gue banyak."

"--itu Faris?"

Deg.

Nama itu sudah lama tak aku dengar, sehingga sedikit asing di lingkungan ini.

"Iya," aku tersenyum. "Faris ganteng ya?"

Nama itu sudah terlalu lama menghangatkan hidupku, mendengarnya saja membuatku tersenyum.

"Lumayan sih."

"Kok lumayan? Ganteng lah!"

"Ya ganteng dibandingin yang ditunjukkin Yosi pas itu."

"Heh! Itu bukan Faris!!!"

"Iya iya gue tau," kau tertawa kecil.

"Najis amat pacar gue disamain ama tuyul kepites."

Pintu KayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang