Part 48

705 140 20
                                    


***

Tawa Sohee pecah begitu saja setelah Lisa selesai bercerita. Wanita berkuncir itu bahkan harus memegang perutnya yang terasa nyeri karena terlalu banyak tertawa.

Lisa mencebikkan bibirnya sebal, mendadak menyesal menceritakan proses sidang yang dilakukan ketiga unnie nya beberapa waktu lalu.

"Mianhae Lisa-ya." Sohee mengusap ujung matanya yang sedikit basah di sela tawanya. "Tapi ini benar-benar lucu."

"Nee nee, tertawa saja sepuasnya, unnie. Kau sama saja dengan unnie ku yang lain. Senang sekali merundungku."

Tawa Sohee lagi-lagi pecah mendengar gerutuan Lisa.

"Yaa bukankah kau sendiri juga suka menjahili mereka?" balas Sohee masih dengan tawanya. "Lagipula tingkah jahilmu itu yang membuat kami gemas dan tidak bisa menahan diri untuk menggodamu."

"Ya unnie, mereka bukan merasa gemas hingga menggodaku." Lisa membantah Sohee dengan lirikan sinisnya. "Mereka mengomeliku karena menjadi panitia di event besar itu. Gemas darimana?"

"Salah siapa yang mengambil keputusan sepihak tanpa bertanya pada mereka terlebih dulu?" Sohee mengedikkan bahunya. "Sudah tahu ketiga unnie mu seperti apa." Ia meneguk kopi hangatnya setelah puas mengompori anak ayam di depannya.

"Apa salahnya?" Lisa menantang. "Aku bukan anak kecil yang harus selalu meminta persetujuan mereka untuk melakukan keinginanku."

"Memangnya kau sudah besar?" Gumam Sohee yang tentu saja diabaikan oleh Lisa yang melanjutkan ucapannya.

"Di Kanada dulu, aku bebas melakukan apapun tanpa meminta izin pada siapapun."

"Geure? Dan bagaimana akhirnya?" Sohee meletakkan cangkir kopinya sebelum bersedekap menatap gadis di depannya.

Gadis berponi itu membuka mulutnya hanya untuk mengatupkannya kembali. Ia akhirnya hanya mendengus pasrah memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Sampai kapan kau akan menyembunyikannya dari mereka, eoh?"

"Akan lebih baik bila tidak ada dari mereka yang tahu," acuh Lisa.

Sohee memejamkan mata menghela nafas panjang. "Geure, aku tidak akan protes lagi bila kau ingin menyembunyikan mengenai hal itu dari mereka."

Lisa spontan terduduk tegak. Ekspresi wajahnya berganti dengan binar bahagia di iris hazelnya. "Jinjja?!"

"Eoh, jinjja." Sohee mengangguk yakin dengan wajah seriusnya.

"Bagus! Dengan begini aku tidak perlu lagi mendengar omelanmu mengenai---"

"Tapi," Sohee menghentikan rentetan ucapan semangat Lisa dengan satu kata yang sekaligus melunturkan senyum di bibir tebal gadis itu. "Jangan harap aku berpendapat yang sama mengenai penyakitmu."

"Unniee," Lisa mulai mengeluarkan rengekannya yang membuat Sohee memutar matanya malas.

Lihat? Bukan anak kecil? Dia bahkan terlihat seperti seorang bocah berumur tiga tahun yang sedang merajuk saat ini.

"Unniee, jebal---"

"Geumanhae, Park Lisa," ucap Sohee dengan gelengan tegasnya. "Harus berapa kali aku memberitahumu untuk tidak menyepelekan penyakit itu?"

Lisa hanya bisa diam dengan kepala tertunduk. Tangannya bergerak memainkan garpunya pada remahan roti yang tersisa di piringnya.

"Kau--- meskipun kau berusaha sekuat apapun, cepat atau lambat mereka akan tahu." Sohee menatap Lisa dengan frustasi. "Bukankah belakangan ini gejala yang kau rasakan juga semakin sering dan beragam?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang