4

490 54 0
                                    

KIRANA menayangkan dua pasang gaun di tangannya. "Yang mana bagus kalo menurut kamu?"

Rahang bawah Nathan turun. "Kok malah kamu nanya ke aku?"

Kirana mengerucutkan bibir. Dia melirik gaun sut di tangan kanannya. "Aku gak tau gaun gimana yang cocok dan disukai Winna."

"Kalo kamu sebagai kakaknya aja gak tahu..." Nathan terdiam sejenak. "... gimana bisa coba aku yang gak memiliki hubungan apapun dengannya ini bakalan tau?"

"Tapi kan segera juga bakal ada." Kirana menjawab tanpa menoleh.

Nathan mengangkat alis pada sang tunangan yang menjawab santai. Tidak tahukah Kirana kalau dia sekarang sedang menahan salting? Nathan mah lemah kalau sudah berurusan dengan Kirana. Kasih dan sayangnya sudah sepenuhnya tumpah ke Kirana.

"Bentar lagi kamu juga bakal memiliki hubungan keluarga dengannya." Kirana menatap Nathan yang berdiri di depannya. "Kan nanti kamu bakal jadi saudara iparnya." Kirana mengukir senyum manis. "Jadi ada deh hubungan keluarganya sama Winna. Winna itu adek yang lucu, tau!" 

"Kamu selalu punya jawabannya kalo udah nyangkut adek kecil kamu itu." Nathan hanya menggelengkan kepalanya.

Kirana menatap Nathan dengan cemberut. "Iya, pastilah! Winna itu adek aku selamanya. Winna peri kecil aku. Udah berapa kali aku bilang kalo aku benaran sesayang dan seobses itu sama adek aku sendiri, sayang."

Nathan menatap Kirana dengan tatapan melembut. "Winnareyn itu beruntung ya banget punya kakak kayak kamu. Udah cantik, baik, lemah lembut orangnya, untung udah aku dapet."

"Apa-apaan kamu gombalnya?" Kirana tersenyum kecil pada Nathan. "Mau dibeliin apa kamu sama aku gombalnya lancar sekali?"

"Kamu kok gitu? Payah emang. Nathan mengalihkan pandangannya ke arah beberapa buah kafe yang terletak tidak jauh dari toko baju sebelum tersenyum selama tiga detik. "Cepat dan pilih yang mana aja. Lagipula, gaun yang kamu tanyakan kayak sama aja. Gak ada bedanya, sayang."

"Loh? Mana yang samanya?" Kirana masih belum puas. Dia bingung mahu pilih yang mana."Adek aku Winna itu, dia gak bakal pake kalo roknya terlalu pendek."

Nathan menarik napas dalam-dalam. "Kalo gitu belikan aja celana jeans untuknya." Dia masih ingat pakaian Winna selama pertemuan di rumah sakit kemarin-kemarin. "Bukannya adek kecil kamu itu lebih suka pake celana jeans doang?"

Kirana memejamkan matanya sejenak. Dia tahu Nathan sebenarnya sudah lelah menunggunya memilih pakaian. Kirana sudah hapal banget kelakuan tunangnya yang satu ini.

"Soalnya saat bertemu dengannya kemarin, aku ngelihat nyaman banget dengan celana jeans yang dia kenakan. Aku jadi gak bisa bayangkan gimana Winna kalo pake gaun yang kamu maukan. Pasti dia gak bakal secantik kamu." Lagi-lagi Nathan mengeluarkan jurus andalannya menggoda Kirana.

Kirana menatap Nathan dengan mata tidak berkedip.

Nathan menatap kembali Kirana.
"Apa sih? Aku kan cuma ngomong hal yang benar."

"Yang payah itu sebenarnya kamu, sayang. Coba kalo aku sama Jevan, dia pasti bakal bantu aku membuat pilihan."

"Loh?" Nathan mengangkat alisnya. "Jevano Indraputra maksud kamu?"

Kirana hanya mengangguk dengan helaan napas berat.

"Jevano memilih baju untuk cewek?" tanya Nathan tidak percaya. "Sejak kapan dia pintar soal cewek? Diri sendiri aja cuma tahu pake jas putih doang."

Kirana tertawa kecil. "Orang yang kamu kutuk itu sahabat kamu sendiri kalo kamu lupa."

"Biarin. Tapi Kiran cepatan, kamu tinggal pilih aja yang mana. Lagipula, wajah kalian berdua kurang lebih sama. Jadi, kalo dia pake gaun sesuai seleramu, pasti cocok juga untuknya meskipun cantikan kamu kemana-mana." Nathan sudah tidak betah untuk menunggu lagi. Sebaliknya dia berdiri ingin membantu Kirana memilih gaun. Tinggal pilih saja, bukan? Mau bagus atau tidak bukan urusannya. Sudah hampir satu jam di toko ini tetapi mereka masih belum membeli apa-apa.

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang