PUSAT MEDIS METROPOLITAN terlihat sibuk seperti biasanya apalagi dengan ruangan UGD. Winna mengambil jas putih miliknya lalu memakainya. Rambut panjang light brown yang tergarai sudah terikat dengan rapih. Winna keluar dari ruangan kerjanya melangkah maju menuju ruang UGD. Sepanjang perjalanan menuju ruangan UGD, Winna tidak pernah berhenti menyunggingkan senyuman ketika dirinya berpapasan dengan karyawan rumah sakit ini. Pintu utama terbuka ketika Winna hampir lantas kakinya memasuki ruangan itu.
"Selamat pagi, Dokter Winna." Ucap Gladis tersenyum melihat ke arah Winna.
"Pagi juga suster Gladis." Winna berjalan masuk mendekati Gladis yang berada di kasur pasien.
"Kecelakaan motor." Lapor Gladis sembari memandang Winna. "Kemungkinan lehernya cedera, bahu patah serta pergelangan kakinya retak." Gladis memberi informasi tentang kondisi pasien tersebut. Tidak lupa Gladis menyerahkan selembar surat rujukan dari klinik yang awal memberi rawatan pasien kepada Winna.
Tiba-tiba saja pasien yang berada di atas kasur itu mengaduh. "Sakit sekali dok." Adunya sambil memandang wajah cantik dari dokter muda yang berada di hadapannya.
Winna menurunkan surat itu kemudian mengalihkan pandangannya untuk melihat kondisi pasien yang menurutnya berusia sekitar dua puluh tahunan.
"Dokter." Panggil pasien itu kembali.
"Ya udah, jangan banyak gerak. Saya akan mulai memeriksa kamu." Ujar Winna mendekati leher pasien untuk melihat kecederaan yang dialami pasien itu. Sebelum melanjutkan pemeriksaan lain, Winna meletakkan kembali surat lanjutan rawatan di atas meja. "Saya akan periksa bahu dulu." Winna menekan perut sehingga pasien itu memekik sakit. "Bahunya memang patah. "Sekarang saya periksa pergelangan kaki." Dengan gerakan cepat Winna menekan pergelangan kaki pasiennya dan…
"Dokter!!!" Pasien itu mengerang sakit.
Winna senyum menggeleng. "Bawa dia lakukan x-ray duluan."
"Baik dokter, saya akan bawa pasien untuk lakukan x-ray." Gladis menganggukan kepalanya dengan patuh terhadap perkataan Winna.
Winna menuju ke arah meja hadapan UGD. Dokter muda itu berpapasan dengan Jian yang tengah melihat hasil x-ray dari salah satu pasien lain.
"Dokter Winna, bisa lihat ini sebentar? Ada sedikit masalah dengan jantungnya."
Winna menganggukan kepala lalu mengarahkan tubuhnya untuk mendekat dengan Jian. "Pasien ini sebenarnya kenapa?" tanya Winna pada Jian. "Dokter Jian?"
"Iya, Dokter Winna?"
Winna mematikan lampu x-ray scanner. "Bukannya dia pasien yang datang tadi malam?" tanyanya sembari mengambil laporan medis pasien itu. "Yang istrinya bilang kalo pasiem pingsan setelah tersedak minuman?" tanya Winna lagi.
Jian menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Laki-laki paruh baya itu merupakan pasiennya. Sebelumnya istri laki-laki itu menghubungi rumah sakit dan mengatakan kalau suaminya tidak sadarkan diri. "Tadi pagi pasien mengeluh sakit di bagian dada. Makanya saya langsung melakukan x-ray dan menemukan ini."
Winna mengerutkan keningnya, ada sesuatu yang tidak beres. Nama pasien dia lirik seketika. Yadi Erlangga, dengan usia enam puluh tiga tahun. Tidak sadarkan diri setelah tersedak air selepas pulang kerja.
🍂🍂🍂
"OPERASI?"
"Aku juga memikirkan hal yang sama. Soalnya ada serpihan kayu pada jantungnya." Winna pun menganggukkan kepalanya lalu meletakkan rekam medis pasien itu di atas meja Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, That One Word✔️
FanfictionWinnareyn Aurel, dia adalah seorang dokter yang merelakan segala kemewahan dan dibenci oleh papa sendiri demi melanjutkan perjuangan sang kakak untuk terus mengabdi pada masyarakat. Hidupnya terlalu jauh berbeda jika dibandingkan sama saudara kandun...