28

443 46 21
                                    

"KENAPA kamu ke sini? Sejauh yang aku tau, kamu gak akan pernah punya waktu untuk semua ini." Winna berpeluk tubuh. Percayalah, jantungnya seakan ingin melompat keluar dari tempatnya saat melihat kemunculan pria ini secara tiba-tiba. Winna yakin pria ini masih mengenakan pakaian kantor kemarin karena dia terlihat acak-acakan. Sejauh yang Winna tahu, Nathan itu adalah orang yang sangat peduli dengan penampilannya sendiri.

Segera setelah dia selesai memberikan pengobatan dan cara perawatan kesehatan kepada penduduk desa, Winna langsung meminta Nathan  untuk mengikutinya ke area yang sedikit terlindung dari pandangan orang. Dari kejauhan Winna sudah bisa menyadari kalau Jelita dan Jeffery sedang mengemasi peralatan yang mereka gunakan tadi. Jevan pula hanya duduk melepaskan lelah di kursi.

"Apa kamu baik-baik aja selama tinggal di sini?"

"Kamu maunya apa? Gimana kamu bisa datang ke sini? Apa Kak Kiran tau?" Winna bertanya tanpa mengangkat wajahnya. "Mendingan kamu pulang deh." Dia menghela napas lelah. "Jangan bikin situasi yang akan menjadi lebih rumit."

Nathan perlahan mendekati Winna.

Winna mundur beberapa langkah melihat tindakan Nathan yang mengikis jarak dengannya.

Nathan menatap wajah putih pucat yang tampak menahan amarah itu.

Dari kejauhan, Jevan mula keresahan sendiri melihat tingkah mereka berdua. Mau mendekat untuk bertanya, khawatir bakal dikatakan dia ikut campur rumah tangga orang. Tapi Jevan tahu kalau rumah tangga juga Winna dan Nathan tidak seperti pasangan lain.

"Aku benaran khawatir memikirkan mereka berdua, Jevan."

Jevan mengangguk tapi matanya tidak bergerak daripada pandangan di depan.

"Tapi Winna pasti tau apa yang dia sedang lakukan." Sambung Jelita lagi.

Sesekali dia melihat Winna seperti sedang menatap ke arah mereka. Mungkin khawatir jika tim medis yang lain melihat apa yang terjadi. Untung saja mereka sedang sibuk berkemas sehingga mengabaikan apa yang terjadi di sekeliling.

Winna tersenyum saja tanda dia baik-baik apabila menyadari kalau ternyata Jevan dan Jelita sedang memandanginya. Dia tahu kalau Jevan dan Jelita hanya mengkhawatirkannya.

Jelita turut tersenyum membalas senyuman Winna.

"Iya, Winna pasti tau apa yang dia lakukan." Jevan menghela napas pelan. "Nathan kenapa sih sebenarnya?"

🍂🍂🍂

"SEBENARNYA Nathan ke mana?" Saputra sudah berusaha menghubungi anaknya sejak tadi.

Kirana hanya menjadi pemerhati.

Bagas menatap wajah anak gadisnya itu. "Kiran? Apa kamu tau ke mana Nathan pergi?"

"Aku gak tau, pa. Tadi malam di rumah sakit juga aku gak melihatnya di mana-mana." Untungnya Milea dan Ethan belum datang. Kalau tidak, pertemuan mereka di restoran pasti akan dipertanyakan.

Ketiganya kini berada di antara papa jajaran manajemen Crystal Health Group dan Hermawan Group. Bagas masih mencoba menghubungi Nathan. Sebenarnya, hari ini akan menjadi pertemuan terbesar dimana diskusi tentang ulang tahun usahasama antara dua perusahaan dan juga ulang tahun tertubuhnya Crystal Health Group.

Sejak pagi, ponsel Nathan tidak bisa dihubungi. Saputra sempat menyuruh Milea untuk pergi ke rumah Nathan karena sekarang Milea sedang dalam perjalanan ke perusahaan. Mereka yang sudah ada dalam ruangan itu duduk di kursi masing-masing.

Kirana sudah mengirim pesan ke Nathan tapi tidak ada balasan sama sekali.

"Selamat pagi semua." Pintu terbuka dari luar. Milea muncul bersama pacar sekaligus partner kerjanya, Ethan. Mereka berdua langsung masuk dan mengambil tempat duduk.

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang