36

451 47 16
                                    

WINNA berjalan perlahan ke ruang UGD di Rumah Sakit Cahaya. Dia mau menemui Yohan sebelum kembali ke Jakarta keesokan harinya. Iya, dia akan kembali ke Jakarta meskipun dia enggan. Hampir memakan waktu semalam Jevan membersihkan pikirannya. Jevan memintanya untuk memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. Winna menyerah. Mungkin kali ini dia harus mengorbankan perasaannya lagi. Bagaimanapun, jauh di lubuk hati Winna, dia juga merindukan mama. Jadi, dia setuju untuk kembali ke Jakarta. Bahkan Jevan meminta dia berjanji untuk tidak berubah pikiran pada saat-saat terakhir. Setakut itu Jevan kalau dia memilih untuk tidak pulang padahal Winna tidak yakin rumahnya ada di Jakarta.

"Sekarang kita baru punya waktu untuk bertemu. Untungnya Dokter Winna masih sudi berkunjung ke sini." Yohan yang muncul tiba-tiba di depan membuat Winna tersenyum. Sesaat kemudian, Yohan mengundang Winna ke kantornya.

Saat dia berjalan, Winna tersenyum ketika dia melihat UGD kembali bekerja dengan baik lagi setelah dua minggu kemacetan dan kekacauan berlaku meskipun suasana belum sepenuhnya pulih. Gempa yang terjadi memang berdampak jangka panjang buat warga desa tersebut. Winna mengangkat tangannya ke arah Cairo yang sedang merawat pasien dengan bantuan Nelly. Dia sempat bertemu dengan Nelly dan gadis itu menceritakan kalau mereka kini tinggal di pemukiman sementara sebelum dipindahkan ke pemukiman baru yang masih dalam tahap pembangunan.

Winna tahu bahwa perusahaan keluarganya dan perusahaan Nathan adalah kontributor terbesar untuk proyek pembangunan pemukiman baru. Winna bersyukur keluarganya masih ingin membantu. Sedang dia memikirkan semua itu, Winna tersadar saat suara Yohan kembali membawa Winna ke dunia nyata.

"Jadi kapan Dokter Winna akan kembali lagi ke sini?"

Winna tampak mencerna pertanyaan itu sebelum menjawab. "Saya sendiri gak yakin, dok."

"Saya membuat kesalahan dengan menanyakan pertanyaan ini kepada seseorang yang udah memiliki suami di Jakarta."

"Kalo begitu gantian aja Dokter Yohan yang pergi ke sana." Winna tersenyum untuk menutupi gelora di hatinya. Dia pergi ke Rumah Sakit Cahaya hanya untuk berterima kasih kepada Yohan dan bertemu dengan Cairo sekalian Nelly karena dia tidak yakin kapan dia akan kembali ke desa ini lagi. Tapi apa boleh dia berharap untuk kembali ke rumahnya ini?

🍂🍂🍂

"SELAMAT DATANG kembali!" Winna hanya tersenyum melihat banyak karyawan menunggunya di ruang UGD begitu dia tiba di Pusat Medis Metropolitan. Karyawan yang berjuang bersama di desa saat gempa juga ternyata sudah datang lebih awal dan masing-masing memegang buket bunga. Tampaknya kepulangan mereka disambut dengan baik.

"Selamat datang kembali, Dokter Winnareyn." Kirana menghampiri Winna yang terlihat kaget. Sepertinya Winna tidak menyadari kehadirannya dari awal bersama para karyawan lainnya.

"Terima kasih, Kak Kiran." Hanya itu yang bisa Winna katakan saat menerima buket bunga yang diberikan oleh Kirana. Begitu dia tiba di Jakarta, Winna kembali ke rumahnya dan Nathan. Dia tidak bertemu siapa pun sehingga dia kembali ke Pusat Medis Metropolitan lagi. Mungkin mereka mengerti bahwa dia masih lelah.

Tidak jauh dari rombongan karyawan yang berkumpul, Nathan terlihat senyum sayu. Dia lega melihat Winna kembali di Pusat Medis Metropolitan. Sejujurnya, dia terlalu khawatir ketika Winna bersikeras kalau istrinya itu tidak ingin pulang. Untungnya, Jevan membantu membujuk. Jadi, Nathan cukup berterima kasih ke Jevan.

🍂🍂🍂

"MAMA, maaf. Aku baru berkesempatan mengunjungi mama hari ini." Winna memeluk sang mama. Sehabis bekerja hari ini dia langsung mengunjungi rumah orang tuanya untuk menemui mama. Sebelum datang, dia bahkan menelefon mamanya dulu mengatakan kunjungannya dan dibalas dengan jawaban penuh arti dari sang mama.

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang