5

468 48 3
                                    

WINNA kesulitan untuk berjalan karena sepatu hak tinggi yang dikenakannya.

Kirana malah tertawa kecil. "Aduh anak ini."

Winna sadar kalau Kirana sedikit tidak menyangka kalau ia begitu banyak berubah setelah dihias sebegini banyak. Bahkan tunangan kakaknya itu tampak seperti dia belum pernah melihat orang yang pakai gaun sahaja. Winna beranggapan kalau dia tidak cocok berpenampilan seperti ini dan pasti lelaki yang seperti kulkas itu ingin ketawakannya. Awas saja kalau Nathan benar berani ketawakan dirinya.

🍂🍂🍂

SUMPAH mata Nathan tidak bisa untuk berhenti mencuri pandang ke arah cermin yang ada di depannya. Untung saja dia memakai kacamata hitam. Kalau tidak, bukan sahaja Kirana yang berada di sebelahnya akan sadar arah pandangannya tetapi orang yang mencuri perhatian juga akan turut sadar.

Winna masih terlihat tidak nyaman saat kaki putihnya terdedah. Dia tidak menyangka kakaknya akan memberinya gaun yang terbilang cukup pendek. Gaun ini hanya sedikit lebih panjang daripada cuma menutup bokong meskipun desain gaun yang dikenakan ada kain jarang melapisi sehingga ke paras lutut di belakangnya. Dia mencoba duduk dengan nyaman di mobil. Memang sejak kecil, dia dan Kirana memiliki selera berpakaian yang berbeda. Sejak usia dua belas tahun, Kirana mulai menunjukkan minatnya pada perawatan wajah serta berpenampilan cantik dan anggun. Setiap keluar berbelanja, Kirana pasti butuh waktu lama. Terkadang dia tidak sanggup untuk mengikuti kakak perempuannya itu untuk berbelanja.

Kalau Winna sendiri, dia hanya mengambil sahaja apa yang ada di depan matanya. Winna menyadari bahwa dia hanya sederhana dalam berpakaian. Jeans, kaos dan kardigan. Itu adalah pakaian yang selalu menutupi tubuhnya. Entah kenapa tapi dia sangat nyaman memakai pakaian seperti itu dibandingkan dengan sepatu hak tinggi, stilleto atau seangkatannya. Winna lebih memilih sandal dan sepatu yang nyaman.

Kenangan pada saat mereka masih remaja bermain di ruang mata, di mana dia, Kirana, Dimaz, papa dan mama yang sering menghabiskan waktu bersama. Winna pantas menggelengkan kepalanya tidak ingin terbawa suasana. Namun, dia mulai menyadari kalau Nathan sepertinya sedang menatapnya. Keningnya berkerut tidak dapat melihat jelas tatapan mata lelaki itu karena sedang mengenakan kacamata hitam. Winna yang merasa tidak nyaman dan terus menggeserkan tubuhnya ke samping mobil.

🍂🍂🍂

"INI benaran Winnareyn Aurel?" Jevan terus menatap Winna yang baru saja masuk ke aula. Dia sendiri terkejut melihat penampilan gadis itu yang sangat luar biasa tidak seperti biasa.

"Mulai lagi Kak Jevan nih." Winna terlihat cemberut saat digoda oleh Jevan.

"Cantik kok." Jevan sudah tersenyum saat melihat Winna mencoba menarik turun gaun pendek itu.

"Aduh, ini Kak Kiran sengaja memberikan aku pake gaun yang aneh. Mana ada ekornya lagi. Aku udah kayak duyung gak jelas." Winna memelototi Kirana yang ada di belakangnya.

Wajah tenang Kirana terus berubah menampilkan raut untuk menggoda. Percayalah di wajah dan reaksi Winna sendiri membuatkan Kirana jadi bersemangat untuk mengusili adiknya terus-terusan. "Jevan, menurut lo gimana penampilan adek kecil gue?" Dia mengangkat alisnya ke arah Jevan.

"Satu kata doang yang ada di kepala gue iaitu sempurna." Jevan mengangkat kedua jempolnya sebelum mereka berdua tertawa sementara Winna hanya mendengus kesal.

"Mau terus ngobrol di tengah laluan kayak gini sampai kapan?"

Winna lantas menatap ke arah Nathan yang tiba-tiba bertanya sarkastis itu.

"Tunangan lo, Kiran! Gak kira mau di mana atau semenyenangkan tempat itu, dia nya malah tetap menampilkan raut wajah kakunya. Gimana gue gak stres coba?" Jevan meninju punduk Nathan.

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang