18

399 41 11
                                    

WAKTU sepertinya kembali ke masa awal pernikahan mereka.

Jevan memperhatikan kalau Winna sekarang lebih sering berada di rumah sakit dibanding pulang ke rumah sendiri. Terkadang Jevan menyadari kalau Winna menghabiskan tidur sepanjang malam di rumah sakit. Jevan tahu ada yang tidak beres dan dia memilih untuk tidak bertanya alasan Winna bertindak demikian. Dia sepertinya sudah cukup mengerti apa yang membuatkan Winna berubah seperti itu.

Dua minggu setelah sadar daripada koma, Kirana dibenarkan keluar dari rumah sakit dan menghabiskan banyak waktu bersama Nathan. Nathan sendiri sepertinya tidak peduli pada Winna yang notabenenya seorang istri sebaik sahaja sang tunangan sadar.

Nathan yang kesenangan. Jevan malah jadi pusing memikirkan bagaimana nasib Winna jika situasi ini terus berlanjutan.

🍂🍂🍂

WINNA meregangkan tubuh yang terasa lemas karena sudah tiga kali dia terlibat dengan operasi hari ini. Pinggangnya teramat sakit. Rambut panjang berwarna hitam kecokelatan yang disanggul juga terlihat sedikit berantakan. Winna sangat lelah. Tubuhnya dibaringkan langsung ke atas sofa. Sejak Kirana keluar dari rumah sakit, dia sudah jarang ketemu Nathan. Winna memilih pulang larut malam karena dia harus begadang di shift malam yang sengaja ditukar dengan dokter lain. Merasa perlu tidur sebentar, Winna meletakkan tangannya di dahi dan menatap langit-langit.

"Aku berjanji gak akan menyakiti hati kamu lagi."

"Aku bingung dengan perasaan aku saat ini."

Dia mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan oleh orang yang sama. Bahkan, dua ayat itu diucapkan hanya dengan jarak beberapa hari sahaja. Lalu bagaimana dengan malam indah mereka di pulau itu? Apa artinya semua itu jika pada akhirnya dia akan dibuang daripada kehidupan pria itu? Winna menggigit bibirnya saat dia mengingat malam di mana dia jatuh terbuai dengan kehangatan cinta Nathan. Dia menelan salivanya susah payah. Saat ini, Winna merasakan kalau dia seperti sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Apa lagi papa yang baru saja memintanya melakukan sesuatu. Sampai kapan dia harus menyetujui permintaan semua orang? Papa datang ke rumah sakit untuk ketemu dengannya semata-mata karena permintaan itu.

"Pa, apa permintaan yang papa minta aku lakukan ini akan membuat papa bahagia?" dengan tangisan yang tertahan, dia bertanya.

Wajah Bagas yang duduk di meja kerja di ruangan itu terlihat tenang meski dadanya terasa seperti mau pecah. Lama dia terdiam karena tak langsung memilih untuk menjawab pertanyaan si bungsu.

Winna mengangguk mengerti. Papa memintanya untuk merahasiakan pernikahannya bersama Nathan dari Kirana untuk kesekian kalinya setelah mama. Dan papa memintanya untuk siap jika suatu hari nanti Nathan menceraikannya dan menikahi Kirana. Apa papa tidak pernah memikirkan perasaannya? Apa papa juga lupa kalau dia masih punya anak perempuan lain selain Sekar Kirana Hermawan? Bukankah Winnareyn Aurel Hermawan yang berdiri di depan ini juga menggunakan nama keluarga yang sama? Ahh… Winna lupa. Papa pernah bilang kalau Winna bukan anaknya karena Winna tidak pernah menurut. Apa kali ini juga Winna harus mengorbankan perasaannya sendiri lagi untuk memenuhi permintaan papa dan sekaligus membuatkan papa kembali mengakui dirinya sebagai seorang anak?

Mengingat permintaan semua orang untuk merahasiakan pernikahannya bersama Nathan membuat Winna tertanya-tanya apakah keputusan yang diambil selama ini benar? Keputusan yang membuatkannya meninggalkan kehidupan yang sederhana namun bebas menjadi begitu rumit. Winna mulai merindukan kehidupan di desa karena semua orang tidak terlibat dengan masalah yang sangat rumit seperti ini. Di sana, mereka semua bahagia walaupun kehidupan yang ada tidak semewah di sini. Di sini, hanya ada Jevan dan Jelita yang selalu peduli padanya. Tidak perlu meminta, tanpa perlu menjadi anggota keluarganya sendiri, mereka berdua sentiasa khawatir padanya meskipun Winna memilih untuk lebih mendiamkan diri.

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang