"TOLONG dokter, anak saya gak berhenti nangis dari tadi. Dia bilang kalo perutnya lagi sakit. Tubuh anak saya gemetar. Saya takut dok."
Winna menyentuh dahi anak yang berada di pangkuan pria itu menggunakan telapak tangan. Dahi anak itu berkeringat. Wajahnya memerah. Mungkin menahan rasa sakit. Begitu telapak tangannya diletakkan di dahi anak itu, alis Winna berkerut. Ini panas banget!
"Kak Winna, aku kira akan lebih baik kalo kita membawanya ke kapal dulu. Di kapal kita bisa lihat apa yang salah dengannya."
Winna lantas mengangguk bersetuju.
Jian membantu mengambil anak itu dari ayahnya. Mereka langsung menuju ke kapal dan meletakkan di ranjang pasien yang memang disiapkan untuk perawatan ringan.
Ayah anak itu terlihat sangat ketakutan. "Sejak kemarin dia bilang perutnya sakit tapi hari ini sepertinya semakin parah." Dia terasa tidak tega mendengar suara tangisan sang anak.
Winna mengangguk. "Siapa nama kamu, sayang?" Diusapnya lembut kepala anak itu.
"Aprilia. Namanya Putri Aprilia." Sang ayah terlebih dahulu menjawab.
"Aprilia, dokter akan memeriksa perut kamu dulu ya?"
Jian membantu Winna mengangkat baju yang dikenakan Aprilia. Winna menekan sisi kiri Aprilia. Aprilia masih tetap menangis seperti mana tangisan anak itu sejak dia tiba bersama ayahnya tapi sebaik sahaja Winna menekan perut kanannya, tangisan Aprilia menjadi kencang. Winna melebarkan bola matanya. Dia menatap Jian yang pasti memiliki pemikiran yang sama dengannya.
Jian terus meraih mesin pemindai yang tidak jauh darinya.
Winna menggunakan pemindai dan meletakkannya di sisi kanan perut Aprilia. Dia melihat ke layar pemindai. "Udah aku duga, apendisitis akut."
"Serius?" Jian menatap Winna dan Aprilia berulang kali.
"Dilihat-lihat, kemungkinan baru dua cm. Suhu tubuhnya juga tinggi. Hubungi 911. Kita harus mengirimnya untuk dioperasi sesegera mungkin." Winna melepaskan pemindai dari belakang tubuhnya. "Aku akan hubungi Dokter Yohan juga."
Penyelia kapal yang baru saja memasuki ruang perawatan bersama nahkoda kapal terus mengangguk dan mengeluarkan ponselnya.
Pandu, ayah kepada Aprilia itu menarik tangan Winna. "Dokter, ada apa dengan anak saya? Apa yang harus saya lakukan?"
"Pak, semuanya bakal baik-baik aja nanti polisi tiba. Kita akan mengirimnya ke rumah sakit di kota." Winna berusaha menenangkan Pak Pandu.
"Dokter Winna." Lanang, penyelia kapal memandang Jian dan Winna serba salah. "Angin terlalu kencang ketika ini buat helikopter untuk lepas landas. Kami juga baru aja dengar kalo ada perubahan arah angin di daerah ini. Bahkan kapal juga gak bisa dikendali pulang ke desa kalo ada perubahan arah angin kayak yang diberitakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, That One Word✔️
FanfictionWinnareyn Aurel, dia adalah seorang dokter yang merelakan segala kemewahan dan dibenci oleh papa sendiri demi melanjutkan perjuangan sang kakak untuk terus mengabdi pada masyarakat. Hidupnya terlalu jauh berbeda jika dibandingkan sama saudara kandun...