20

494 53 6
                                    

WINNA menggigit bibir untuk mengurangi rasa cemasnya saat merasa taksi itu bergerak lambat padahal sopir taksi sudah meningkatkan kecepatan mobil. Kak Jelita, apa yang sebenarnya terjadi? Winna berharap kalau dia masih belum terlambat. Wanita bertubuh mungil itu tiba-tiba terbayangkan tindakan Nathan. Memikirkan sikap Nathan yang kekanak-kanakan membuat hati Winna bergejolak dengan kebencian. Nathan menyadari kalau dia benar-benar ingin pergi dengan cepat tapi bertingkah aneh. Dan apa-apaan nama Jeffery dibawa-bawa? Hatinya sakit saat mengingat tuduhan Nathan. Dia menggelengkan kepalanya untuk mengabaikan kejadian yang baru saja terjadi.

"Mbak, kita udah nyampe." Sopir taksi menoleh ke belakang.

"Terima kasih, pak. Uang kembaliannya buat bapak aja." Winna menyerahkan secarik uang kertas kepada sopir taksi. Dia menatap rumah megah di depannya. Terlihat suram. Winna membunyikan bel pintu dua kali sebelum dia mendengar suara di kaset audio keamanan.

"Maaf, anda siapa?" tanya seseorang, mungkin satpam.

"Winna. Aku temannya Jelita Saskia."

Sebuah gerbang relatif yang kecil di sebelah gerbang besar terbuka. Winna melangkah masuk. Dia sedikit membungkuk kepada satpam. Winna dibawa ke dalam rumah. Dia merasa aneh saat melihat wajah satpam yang berusia empat puluhan itu tampak seperti ketakutan.

"Mbak Winna, mungkin setelah ini saya bakal kehilangan pekerjaan saya." Dia tampak menarik napas dalam-dalam.

"Emang kenapa, pak? Apa yang udah terjadi?" tanya Winna, mulai bingung. Dia juga mulai ragu. Tepat ketika dia hendak membuka mulutnya lagi buat bertanya, dia mendengar suara jerkahan seorang pria. Mata Winna terbuka lebar.

"Mbak Winna." Satpam itu memegang lengan Winna. "Tolong selamatkan Nyonya Jelita."

Mata Winna melebar. "Kenapa? Apa yang terjadi? Apa yang terjadi sama Kak Jelita?" dia bertanya berulang kali dengan panik. "Bapak!"

"Tuan Tegar selalu pulang dalam keadaan mabuk." Satpam itu terlihat benar-benar ketakutan. "Nyonya Jelita sering menjadi korbannya."

"Kak Jelita!!!" Winna tidak peduli lagi dengan satpam yang menjelaskan situasi Jelita. Dia terus menabrak masuk ke dalam rumah.

"Kamu siapa?" Asisten rumah tangga yang ada di dalam terkejut melihat kehadiran seorang wanita muda di rumah mewah majikan mereka.

"Di mana Kak Jelita?" Winna sudah bertanya dulu. "Katakan di mana Kak Jelita??!"

"Mbak..."

Winna memegang tangan asisten rumah tangga yang mulai menangis. "Aku akan bertanggung jawab atas apa yang bakal terjadi tetapi tolong kasi tau aku apa yang udah terjadi."

"Kita semua belum pernah mendengar Nyonya Jelita berteriak sekeras malam ini." Asisten rumah tangga itu berkata dengan takut-takut.

"Di mana dia sekarang?" Winna semakin khawatir. "Apa sebenarnya yang dilakukan pengusaha kaya gak berguna itu ke Kak Jelita?" Dia tanpa sadar telah memaki Tegar. "Bik, katakan ke aku."

"Mati aja!!!"

"Arghhhh!!!"

Winna tidak menunggu jawaban sang asisten rumah tangga lagi ketika dia mendengar teriakan lain dari lantai atas. Dia yakin itu suara Jelita yang berteriak setelah diteriaki Tegar. Winna terus menaiki tangga menuju lantai atas. "Kak Jelita!"

Hah! Tegar yang sedang menginjak perut Jelita terhenti saat mendengar seseorang memanggil nama istrinya.

"Kak Jelita!"

Tegar senyum menyeringai karena bisa menebak siapa yang memanggil nama Jelita. Dia berjongkok di depan Jelita yang sudah melemah. "Jadi lo emang udah bilang ke mantan adek ipar lo itu kalo gue sering mukul lo?"

Love, That One Word✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang